Kamis, 23 April 2015

Sekar

Aku menatap gadis itu, "Atau, atau maukah kau yang pindah ke Gili Trawangan? Kita bisa menikah disini, bukan? Tinggal disini bersama anak-anak Rosie." Aku mengatakan kemungkinan pertama.

Sekar tertawa, amat getir, "Ya, dan aku sepanjang hari menjadi saksi betapa aku hanya menjadi bayang-bayang dari Rosie-mu."

Ya Tuhan, aku berharap agar pembicaraan ini tidak segera mengarah kesana. Tetapi Sekar sudah mencungkil pintunya. Semua ini sia-sia. Harus berapa kali aku mengatakan kepadanya, masa lalu itu sudah tertinggal jauh. Aku masih mencintai Rosie, tapi itu dengan pengertian dan pemahaman cinta yang berbeda. Aku sungguh sudah berdamai dengan perasaan itu.

"Aku tau, kau tidak akan pernah bisa mencintaiku. Tidak dengan cinta sebesar Rosie-mu." Sekar mulai menangis. Aku menggigit bibir. Hilang sudah kemungkinan-kemungkinan itu.

"Aku mencintaimu, Sekar."

"Tidak. Seharusnya saat berharap pertama kali dulu, saat mengenal pertama kali dulu aku secepat mungkin mengenyahkan semua perasaan itu, membuangnya jauh-jauh. Aku tidak akan pernah mendapatkan cintamu. Akulah yang keliru, aku memaksakan diri. Bersimpati, lantas mulai menanam benih-benihnya. Merasa kalau cintaku yang besar bisa mengubur masa lalu itu. Aku tidak menginginkan pernikahan itu kalau kau merasa terpaksa melakukannya. Pergilah, Tegar, pergilah bersama anak-anak. Mereka jauh membutuhkanmu dibandingkan aku, dibandingkan aku." Sekar tergugu.

Matahari bersiap menghujam kaki langit. Sunset yang indah. Sayang, tidak ada sunset di hati kami saat ini.



Sunset Bersama Rosie - Tere Liye
hal 177-178

23rd


13 April 2015

Gak kerasa umur udah hampir seperempat abad aja. Tapi gelar belum juga dapat dapat hiks. Selain doa sehat wal afiat sepanjang jalan, pastinya doa yang paling penting ya itu, gak macam-macam. Semoga pertengahan tahun ini Amek resmi jadi Amek, ST., Ya Allah. Aamiin. Semoga Amek bisa hidup teratur gak malas-malasan lagi. Aamiin.

Makasih buat teman-teman yang udah ingat, ngedoain, dan repot-repot bawain kue (padahal kan yaa aku yang minta hahahaha). Mama, Papa, Adek-adek, Cepompong, Sunny, anak-anak Industri, Cici, Rizky, daaan kue paling spesial datang dari Jogja, meskipun cuma kuenya aja tanpa si pengirim, tapi cukup bikin kaget he he he. Distance doesn't matter yaa Idlfi, Fanni, Mas Aji :)

I was so happy that day. But it couldn't be perfect without you, Sir.