Dalam itinerary, hari itu jadwal kami adalah melihat Ginkgo Tree Tunnel yang terkenal di Asan. Tapi berhubung masih ada must-visit place di dalam kota Seoul yang belum kami kunjungi sedangkan besok adalah hari terakhir dari rangkaian perjalanan, maka kami putuskan untuk membatalkan rencana ke Asan dan city strolling saja di ibu kota.
7 November 2019
Tujuan pertama hari itu adalah landmark yang paling sering muncul di drama Korea. Ya, Namsan Seoul Tower yang lokasinya ada di atas Gunung Nam (Namsan). Berdasarkan info dari teman saya, tidak ada stasiun subway di sekitar area tersebut. Untuk kesana bisa menggunakan bus, cable car, ataupun jalan kaki melewati Namsan Park. Dengan biaya cable car yang sudah pasti menguras dompet, maka pilihan kami jatuh kepada bus. Bus yang memiliki rute ke Namsan Seoul Tower adalah yang berwarna kuning. Tapi biar lebih pasti, bisa tanya langsung ke Pak Driver hehe.
Jam 8 pagi, bus menurunkan saya dan suami di pelataran Namsan Seoul Tower. Masih sepi, syukurnya. Menara ini terdiri dari dua bagian yaitu N Seoul Tower yang mana adalah menaranya sendiri dan Seoul Tower Plaza yang merupakan bagian bawah menara. Di sini, kita bisa melihat view kota Seoul secara keseluruhan dari observatory deck-nya. Tapi, tidak pun melalui observatory deck, pemandangan Kota Seoul tetap dapat dinikmati dari berbagai sisi Namsan Seoul Tower. Spot wajibnya tentu adalah area love locks yang sangat populer.
Difoto dari halte bus Namsan Seoul Tower. Menuju lokasi menara tinggal jalan kaki dikit
What a city!
Posisi gembok ini tepat di bawah menara
Ada pohon gembok cinta juga~
***
Menjelang siang, saya dan suami bergerak meninggalkan Namsan Seoul Tower menuju Ewha Womans University. Untuk menuju kampus ini menggunakan subway, bisa turun di stasiun Ewha Womans University dan keluar dari exit 2 atau 3. Jalanan menuju kampus Ewha dipenuhi oleh toko-toko lucu mulai dari toko kosmetik, pakaian, pernak pernik, dan stationary yang harganya tentunya menyesuaikan kantong mahasiswa. Ada satu toko stationary lucu yang menarik perhatian kami, namanya adalah Artbox dengan maskot Galapagos & Friends. Tidak sepopuler Brown, Cony, atau Sally, tapi juga tidak kalah cute dari mereka.
Galapagos & Friends
Gedung kampus Ewha dibangun dengan gaya Eropa. Jadi setiba di sana, kami seakan masuk ke belahan dunia lain. Belum lagi warni-warni pepohonan musim gugur yang memenuhi hampir seluruh penjuru kampus menjadikannya semakin mengagumkan. Arsitektur paling unik di Ewha adalah bangunan kaca yang menjorok ke bawah yang bisa langsung kelihatan ketika memasuki area kampus.
Popular building of Ewha
Singgah sebentar di Eropa
Setelah berkodak secukupnya di kampus wanita ini, petualangan hari itu kami tutup dengan berburu oleh-oleh di Namdaemun Market dan jalan-jalan lagi di Myeongdong Street.
***
8 November 2019
Salah satu tempat yang menjadi tujuan yaitu Itaewon, sengaja saya letakan di hari terakhir yang bertepatan dengan hari Jum'at agar suami bisa sekalian sholat Jum'at di Seoul Central Mosque-nya. Pagi harinya sebelum berangkat, kami pergi ke Daiso untuk membeli segala barang per-jastip-an dan mampir ke Halal Mart untuk membeli tteokpokki cup instan - yang ternyata masih tutup.
Sekitar 1-1,5 jam sebelum azan Jum'at, kami berangkat ke Itaewon menggunakan subway. Untuk menuju Seoul Central Mosque, bisa dengan menggunakan subway line 6 dan turun di stasiun Itaewon exit 3. Lokasi mesjid ada di dalam jalan kecil jadi mari mainkan maps-nya hehe.
Ada satu snack bar halal di Itaewon yang menjual street food Kdrama-starter pack seperti tteokpokki, eomuk, hotdog, dan gimbab. Namanya adalah Manis Kitchen. Sudah diniatkan dalam hati kalau ke Itaewon harus jajan di tempat ini untuk melenyapkan rasa penasaran akan makanan Korea yang selalu sukses bikin ngiler di setiap serial dramanya.
Dalam perjalanan kaki mencari titik lokasi mesjid, tiba-tiba Pak Suami ngomong, "Eh ini dia Manis Kitchen-nya". Saya yang rencananya mau nyari lokasi Manis Kitchen setelah Jum'at-an langsung auto kegirangan karena tanpa dicari, dia muncul sendiri hehe. Gerbang mesjid pun ternyata kelihatan dari Manis Kitchen, terpisah beberapa langkah saja. Karena sudah keburu ketemu, jadilah kami mampir dulu. Hasrat untuk nyoba street food Korea memang sudah tak bisa didendung. Menu wajib jib jib pastilah tteokpokki dan eomuk. Kalau kata anak Instagram, rasa tteokpokki-nya "seenak itu woi", "gak ngerti lagi mau nangis" saking cocoknya di lidah kami. Rasa eomuknya juga enak menurut saya.
Duo combo cemilan sedap
Waktu Jum'at-an semakin dekat. Kami bergegas menuju mesjid setelah menuntaskan sesi nyemil. Mesjid mulai dipadati para lelaki berbagai ras yang ingin menunaikan sholat. Sembari suami saya melaksanakan ibadahnya, saya menunggu di halaman mesjid. Hari itu cuaca Seoul dingin sekali, antara 4-6 derajat. Tangan rasanya sudah kaku bahkan untuk sekedar memencet tombol shutter kamera, tapi sholat Jum'at tak kunjung selesai. 1,5 jam berlalu, barulah mulai kelihatan batang hidung para lelaki keluar dari pintu mesjid. Saya bergegas pergi sholat setelah minitipkan barang-barang ke suami. Ternyata tempat sholat wanita ada di lantai atas. Tau begitu, saya sudah sholat dari tadi hehe.
Mesjid pertama dan tertua di Korea
Keluar dari mesjid, kami kembali ke Manis Kitchen untuk membeli hotdog. Tapi pandangan masih tertuju ke tteokpokki yang kuahnya sedang menggelegak mendidih menggiurkan - yang dimasaknya memang tepat di depan pembeli. Iman goyah dan akhirnya kami membeli satu bungkus untuk di penginapan.
Paha ayam
Siapa yang gak ngiler, masaknya begini.. :(
Selain Seoul Central Mosque, tujuan lain di Itaewon adalah Line Store. Belum sampai di kata puas memang, meskipun ini adalah Line Store ketiga yang saya kunjungi selama di Korea. Masing-masing store punya keunikan photo spot berbeda. Lokasi store ini ada di sisi pintu exit 3 stasiun Itaewon. Tinggal lurus saja beberapa meter.
Line Store Itaewon. Maafkan karena fotonya banyak karena semua sudut memang sungguh menggemaskan
***
Flight kami kembali ke Kuala Lumpur adalah jam 9.30 pagi esok harinya disambung lusa untuk penerbangan ke Pekanbaru. Demi menghindari keterlambatan karena hal-hal yang tidak diinginkan, kami memutuskan untuk ke bandara malam ini dan bermalam disana. Selepas maghrib, kami makan dan beristirahat sebentar sebelum akhirnya meninggalkan penginapan jam 11 malam. Tidak lagi menggunakan AREX seperti ketika datang, kali ini kami menggunakan subway biasa-yang lebih ramah di kantong wkwk.
Our last dinner in Korea that year :( Japchae (beli di Kampungku Myeongdong) & Tteokpokki yang tadi dibungkus
And last subway as well. That year.
***
Bandara sepi karena sebagian besar manusia sudah terlelap di kursi tunggu masing-masing. Kami berkeliling mencari tempat kosong mulai dari gedung stasiun kereta bandara sampai gedung terminal pesawat hingga akhirnya menemukan satu kursi panjang yang bisa digunakan untuk meluruskan kaki.
***
Beberapa jam terlewati dan subuh pun tiba. Berhubung saya tidak menemukan mushola di public area Terminal 1 ini - yang mungkin memang tidak ada, saya pun mencari tempat yang memungkinkan untuk melaksanakan sholat. Nursery room menjadi solusi saat itu dan suami saya sholat di balik standing banner yang ada di depan nursery room.
Kurang dari jam 9:30 pagi, kami dipersilahkan untuk boarding. Segala proses departure terjadi sangat cepat. Pramugari menghimbau untuk mengenakan sabuk pengaman. Lampu dalam pesawat dipadamkan. Pilot mulai menggerakkan burung besi itu hingga akhirnya menjauh dari tanah Korea. Hati terasa sangat berat meninggalkan negara yang sudah membuat saya jatuh cinta berkali-kali ini. Ddo mannayo :(
Love-hate relationship with this place. The witness of many encounters and the farewells as well