Siapa yang gak kenal dengan Nami Island? Bagi travel agent tujuan Korea Selatan, destinasi ini tentunya sudah duduk nyaman di posisi paling atas dalam itinerary mereka. Pulau berbentuk bulan sabit yang luasnya gak lebih dari 450 meter persegi ini adalah milik Chuncheon di Provinsi Gangwon meskipun kalo dilihat di peta posisinya lebih dekat dengan Kabupaten Gapyeong, Provinsi Gyeonggi. Ada beberapa moda transportasi yang saya tau yang bisa mengantarkan kita ke daerah dimana Pulau Nami berada, yaitu bus, ITX, dan subway. Pilihan saya dan suami tidak lain dan tidak bukan adalah subway.
Untuk mencapai Nami Island dari Seoul menggunakan subway, ada beberapa tahapan yang harus dilalui :
1. Dari stasiun asal menuju stasiun Gapyeong.
2. Dari stasiun Gapyeong naik Gapyeong Tour Bus atau taksi menuju Nami Wharf/Dermaga Nami.
3. Dari Nami Wharf nyebrang ke Pulau Nami menggunakan kapal ferry.
Stasiun Gapyeong berada di Gyeongchun Line yang titik awalnya dimulai dari stasiun Cheongnyangni (untuk informasi yang lebih mudah dipahami, baiknya sambil melihat aplikasi Kakaometro ya hehehe). Kalo dari awal kalian sudah naik di Gyeongchun Line, maka tidak akan ada masalah untuk sampai ke stasiun Gapyeong. Tapi kalo ternyata kalian ada di Gyeongui-Jungang Line, pastikan kalian pindah ke Gyeongchun Line di beberapa pilihan stasiun berikut: stasiun Cheongnyangni, stasiun Hoegi, stasiun Jungnang, stasiun Sangbong, dan stasiun Mangu. Jangan sampai tertipu dengan kemiripan antara dua jalur ini.
***
5 November 2019
Saya dan suami sepakat untuk berangkat jam 7 pagi agar bisa mengejar Gapyeong Tour Bus pertama. Perjalanan kami menuju ke Nami tentunya dipandu oleh aplikasi Kakaometro. Tapi meskipun sudah menggunakan aplikasi, tragedi salah jalur tetap menimpa wkwk. Saya berangkat dari stasiun Hoehyeon (Line 4) menuju stasiun Ichon (Interchange Line 4 & Gyeongui-Jungang Line). Dari stasiun Ichon, subway mengarah ke stasiun Cheongnyangni (Intercharge Line 1, Gyeongui-Jungang Line, dan Gyeongchun Line). Salahnya saya adalah tidak turun disini dan pindah ke Gyeongchun Line karena saya pikir saya sudah ada di subway yang benar, tinggal duduk manis menunggu sampai di stasiun Gapyeong saja. Ternyata subway yang saya naiki adalah subway Gyeongui-Jungang Line. Saya tersadar setelah wanita di balik speaker subway menyebut nama stasiun Guri yang letaknya berseberangan dengan stasiun Gapyeong. Waduh, bisa-bisa ketinggalan bus Gapyeong pertama. Dengan sedikit tergesa, kami berbalik arah menuju stasiun Mangu untuk pindah jalur.
Saya dan suami sepakat untuk berangkat jam 7 pagi agar bisa mengejar Gapyeong Tour Bus pertama. Perjalanan kami menuju ke Nami tentunya dipandu oleh aplikasi Kakaometro. Tapi meskipun sudah menggunakan aplikasi, tragedi salah jalur tetap menimpa wkwk. Saya berangkat dari stasiun Hoehyeon (Line 4) menuju stasiun Ichon (Interchange Line 4 & Gyeongui-Jungang Line). Dari stasiun Ichon, subway mengarah ke stasiun Cheongnyangni (Intercharge Line 1, Gyeongui-Jungang Line, dan Gyeongchun Line). Salahnya saya adalah tidak turun disini dan pindah ke Gyeongchun Line karena saya pikir saya sudah ada di subway yang benar, tinggal duduk manis menunggu sampai di stasiun Gapyeong saja. Ternyata subway yang saya naiki adalah subway Gyeongui-Jungang Line. Saya tersadar setelah wanita di balik speaker subway menyebut nama stasiun Guri yang letaknya berseberangan dengan stasiun Gapyeong. Waduh, bisa-bisa ketinggalan bus Gapyeong pertama. Dengan sedikit tergesa, kami berbalik arah menuju stasiun Mangu untuk pindah jalur.
Dari stasiun Hoehyeon menuju stasiun Ichon
Stasiun Guri di Gyeongui-Jungang Line. Kesempatan terakhir bertukar jalur menuju stasiun Gapyeong adalah di stasiun Mangu.
***
Udara super dingin menyapa sekeluarnya saya dan suami dari stasiun Gapyeong. Saya gak nyangka kalau di Gapyeong suhunya lebih rendah dibanding di Seoul. Saya dan suami bergegas menuju halte bus yang terletak di depan stasiun. Sesuai kecemasan saya, bus pertama sudah berangkat. Alamat kesiangan sampai di Nami. Tapi, takdir berkata lain. Tiba-tiba dua wanita berhijab menghampiri saya.
"Nak ke Nami ke? tanyanya. Oh, warga negara tetangga ternyata.
"Iya.", jawab saya.
Dia pun mengajak saya dan suami untuk share taksi menuju Nami daripada harus menunggu bus selanjutnya yang masih lumayan lama. Tanpa pikir panjang, saya pun menerima tawarannya. Kurang lebih 5 menit kemudian, bapak driver menurunkan kami di depan parkiran Nami Wharf.
Tiket ferry ke Pulau Nami dapat dibeli di Nami Wharf dengan harga KRW13000 pulang-pergi. Syukurnya, ketika kami sampai disana, ada ferry yang masih menunggu penumpang. Dalam waktu 5 menit saja dari dermaga, saya dan suami sudah bisa menginjakkan kaki di Pulau Nami.
Kecemasan saya tentang peak autumn Nami yang berdasarkan peramalan jatuh di akhir bulan Oktober langsung dipatahkan oleh realita. Hamparan karpet berwarna kuning dengan bahan dasar daun ginkgo dan sekumpulan pohon maple yang sedang dalam tampilan terbaiknya menjadi highlight pulau Nami waktu itu. Sebagai warga negara tropis yang paling mentok lihat autumn melalui pohon ketapang, saya langsung auto-speechless dengan pemandangan yang ada di depan mata. Beberapa pohon lain yang nama-namanya belum pernah dipelajari di kelas Biologi, ikut ambil bagian dalam menyemarakkan suasana romantis musim gugur dengan daun warna warni-nya. Dari tengah pulau, terdengar alunan syahdu instrumen musik yang bikin hati adem, seakan ingin menggenapkan keromantisan ini.
Masih di atas ferry aja udah disambut begini😍
MasyaAllah maplenya cantik sekaliiii
Daun ginkgo berguguran😍
Saya dan suami berjalan berkeliling di pinggiran pulau. Tak lupa mampir ke dua spot foto wajib di Nami : patung legendaris pasangan Winter Sonata, Bae Yong Joon-Choi Jin Woo dan Metasequoia Lane. Sayangnya, keindahan musim gugur di Nami waktu itu, tidak didukung pohon Metasequoia yang warnanya belum sempurna meng-oranye.
Jadi ini yang di Winter Sonata tuu
Metasequoia Tree
***
Matahari mulai meninggi sampai akhirnya waktu zuhur pun tiba. Bagi yang muslim, tidak perlu bingung kalau mau sholat karena disini ada fasilitas mushola. Lokasinya ada di lantai 2 Children's Picturebook Library. Untuk makanan halal pun tidak perlu cemas karena tersedia di Asian Family Restaurant Dongmoon yang terletak di sebelah perpustakaan.
Menu makan siang, Jjamppong yang ada guritanya
Kurang lebih jam 2 siang, saya dan suami harus memaksa diri untuk beranjak dari ketenangan di pulau Nami. Belum puas rasanya menikmati autumn to the fullest disini. Tapi apa daya, waktu tidak bisa menunggu. Kami harus bergegas menuju destinasi selanjutnya.
Selain pulau Nami, ada banyak tujuan wisata lain di daerah Gapyeong. Salah duanya adalah Petite France dan Garden of Morning Calm. Karena waku yang tersisa tidak cukup untuk pergi ke dua lokasi itu, kami pun memilih Petite Fance sebagai tujuan terakhir di Gapyeong.
Dari Nami Wharf, kami tidak lagi naik taksi ke Petite France, tapi naik Gapyeong Tour Bus dengan biaya KRW6000. Satu tiket ini bisa dipakai berulang kali untuk menuju tempat-tempat wisata di Gapyeong termasuk halte dan stasiun.
Sekitar 20 menit, tour bus berhenti di halte Petite France. Kalian bisa berpetualang di kompleks bangunan warna-warni ala Prancis ini dengan modal KRW10000. Tidak perlu waktu lama untuk berkeliling karena tempatnya memang tidak terlalu besar. Sejujurnya pun saya bingung mendeskripsikan Petite France karena ternyata tempat ini tidak terlalu berkesan bagi saya hehehe.
Menjelang sore, kami memutuskan untuk kembali ke kota Seoul. Stasiun terdekat dari Petite France adalah stasiun Cheongpyeong. Perjalanan dari Petite France menuju stasiun Cheongpyeong cukup membekas karena kami tidak kebagian kursi bus. Rute berkelok ala jalan lintas Sumbar-Riau di-combo dengan driver yang kemungkinan lulusan kursus mengemudi Medan, sangat bikin isi perut terguncang. 30 menit lebih berlalu, penampakan gedung bertuliskan Cheogpyeong Station membawa angin segar setelah bertahan dalam keadaan berdiri sambil menahan mual.
***
Agenda terakhir hari ketiga di Korea adalah melihat BTS lebih dekat. Ada yang gak kenal BTS? Wkwkwk. Destinasi BTS-tour pertama adalah K-Star Road di daerah Gangnam, daerah fancy dan mewah di Seoul. Di sepanjang jalan ini, para pecinta Hallyu bisa berfoto bersama Gangnamdol, boneka-boneka lucu bertuliskan nama-nama bintang K-Pop, salah satunya adalah BTS.
Berdasarkan informasi yang saya dapat, lokasi K-Star Road tepat berada di depan exit 2 stasiun Apgujeong. Menuju pintu exit stasiun, terpampanglah subway ads alias iklan subway ulang tahun Jimin, member BTS yang sempat memenuhi galeri handphone saya. Saya auto-kegirangan karena gak nyangka bakal ketemu iklannya disitu. Jiwa ARMY saya yang sudah lama tenggelam mulai mendobrak keluar. Langsung deh jepret-jepret.
Keluar dari stasiun, gak satupun saya temukan Gangnamdol. Padahal saya sudah keluar di pintu exit yang benar. Apakah saya salah stasiun? Saya coba cek di Kakaomaps. Benar saja, ternyata info yang saya dapat itu adalah info yang salah. K-Star Road ada di depan exit 2 stasiun Apgujeongrodeo, bukan stasiun Apgujeong. Runtuh sudah good mood hasil bertemu Jimin malam itu.
"Duh gimana ni?", tanya saya kesal.
"Ya gapapa lah. Kalo gak salah stasiun, gak bakal ketemu si Mimin.", jawab Pak Suami.
"Ya gapapa lah. Kalo gak salah stasiun, gak bakal ketemu si Mimin.", jawab Pak Suami.
"Pfttttt", cuma bisa komen itu wkwk.
Karena lokasi stasiun Apgujeogrodeo sebelahan dengan stasiun Apgujeong (tidak literally sebelahan ya wkwk), akhirnya kami memilih untuk jalan kaki saja. Setelah menempuh jarak kurang lebih 1 km, sampailah saya di depan Gangnamdol.
Dari boneka-boneka K-Pop menggemaskan ini, kami bergerak ke BTS Pop Up : House of BTS yang masih terletak di daerah Gangnam. Lokasinya ada di antara stasiun Gangnam dan stasiun Sinnonhyeon. Jangan lupa cek map karena gedungnya ada di dalam gang, bukan di jalan besar.
Udah sampe depan gedungnya, saya malah galau mau masuk apa enggak. Galau karena gak tau masuknya bayar apa enggak-soalnya pakai antri, dan galau karena udah gak sebucin dulu lagi sama Bangtan-akibat gak sanggup ngikutin kegiatan Bangtan yang sungguh padat.
Tapi suami bilang, "Yaudahlah, udah sampai sini juga.." meskipun lihat antrian isinya 95% kaum hawa. Akhirnya kita pun ikut antri, dan ternyata masuknya gak bayar.
Store-nya ada 4 lantai termasuk rooftop. Lantai pertama ada di basement. Sebelum turun ke basement, Oppa karyawan ber-coat pink menggemaskan kasih beberapa item yang warnanya juga pink. Ada katalog, pensil, penggaris, kartu, sama plastik tentengannya.
Dalam antrian di tangga menuju basement, pengunjung di-brief sama Oppa pake bahasa kampungnya. Saya lihat antrian di depan dan di belakang, ternyata cuma saya seorang wanita pengguna hijab, yang matanya agak besar, dan kulitnya agak gelap yang artinya kemungkinan cuma saya yang gak ngerti dia ngomong apa wkwk (selain suami saya). Setelah briefing, tiba-tiba Oppa menghampiri saya dan nanya bisa bahasa Korea apa enggak. Tentu tidak. Akhirnya saya pun di-private-brief dalam bahasa dunia belahan lain. Gak berapa lama, kami pun dipersilahkan masuk ke ruangan yang lagi-lagi bernuansa pink. Gemesnyaaaa.
Lantai 1 khusus lapak jualan Bangtan. Tapi yang bisa kita lihat cuma display-nya aja. Kalo mau beli segala printilan BTS ini, harus tandai di katalog. Ntar bawa katalognya ke kasir, bayar, terus ambil di bagian pengambilan barang yang ada di lantai 2. Ribet yak😅 Selain tempat ambil belanjaan, di lantai 2 juga bisa beli food & beverage lucu dengan wadah berlogo Bangtan.
Naik ke lantai 3 dan 4, puncak dari kunjungan ke BTS Pop Up : spot foto. Mulai dari replika spot yang ada di MV Bangtan, boneka-boneka Bangtan, sampai giant Army Bomb.
Keluar dari gedung, para ARMY garis keras bawa tentengan besar dan buaaanyak yg bisa saya perkirakan harganya sampai jutaan. Meanwhile saya cuma beli dua bijik note buat kenang-kenangan yang sampai sekarang pun belum dibuka plastiknya wkwk.
Ketua Geng Gangnamdol
Bangtan Bangtan, Bang Bang Tan!
Dari boneka-boneka K-Pop menggemaskan ini, kami bergerak ke BTS Pop Up : House of BTS yang masih terletak di daerah Gangnam. Lokasinya ada di antara stasiun Gangnam dan stasiun Sinnonhyeon. Jangan lupa cek map karena gedungnya ada di dalam gang, bukan di jalan besar.
Udah sampe depan gedungnya, saya malah galau mau masuk apa enggak. Galau karena gak tau masuknya bayar apa enggak-soalnya pakai antri, dan galau karena udah gak sebucin dulu lagi sama Bangtan-akibat gak sanggup ngikutin kegiatan Bangtan yang sungguh padat.
Tapi suami bilang, "Yaudahlah, udah sampai sini juga.." meskipun lihat antrian isinya 95% kaum hawa. Akhirnya kita pun ikut antri, dan ternyata masuknya gak bayar.
Store-nya ada 4 lantai termasuk rooftop. Lantai pertama ada di basement. Sebelum turun ke basement, Oppa karyawan ber-coat pink menggemaskan kasih beberapa item yang warnanya juga pink. Ada katalog, pensil, penggaris, kartu, sama plastik tentengannya.
Dalam antrian di tangga menuju basement, pengunjung di-brief sama Oppa pake bahasa kampungnya. Saya lihat antrian di depan dan di belakang, ternyata cuma saya seorang wanita pengguna hijab, yang matanya agak besar, dan kulitnya agak gelap yang artinya kemungkinan cuma saya yang gak ngerti dia ngomong apa wkwk (selain suami saya). Setelah briefing, tiba-tiba Oppa menghampiri saya dan nanya bisa bahasa Korea apa enggak. Tentu tidak. Akhirnya saya pun di-private-brief dalam bahasa dunia belahan lain. Gak berapa lama, kami pun dipersilahkan masuk ke ruangan yang lagi-lagi bernuansa pink. Gemesnyaaaa.
Lantai 1 khusus lapak jualan Bangtan. Tapi yang bisa kita lihat cuma display-nya aja. Kalo mau beli segala printilan BTS ini, harus tandai di katalog. Ntar bawa katalognya ke kasir, bayar, terus ambil di bagian pengambilan barang yang ada di lantai 2. Ribet yak😅 Selain tempat ambil belanjaan, di lantai 2 juga bisa beli food & beverage lucu dengan wadah berlogo Bangtan.
Naik ke lantai 3 dan 4, puncak dari kunjungan ke BTS Pop Up : spot foto. Mulai dari replika spot yang ada di MV Bangtan, boneka-boneka Bangtan, sampai giant Army Bomb.
Yg ARMY silahkan ditebak-tebak ini ada di MV apa wkwk
Keluar dari gedung, para ARMY garis keras bawa tentengan besar dan buaaanyak yg bisa saya perkirakan harganya sampai jutaan. Meanwhile saya cuma beli dua bijik note buat kenang-kenangan yang sampai sekarang pun belum dibuka plastiknya wkwk.
***
BTS-tour malam itu ditutup dengan mampir ke Gangnam Line Store. Ini lebih gampang lagi nyarinya. Letaknya di jalan besar antara dua stasiun yang disebutkan di atas. Beda dengan Line Store yang ada di Myeongdong, Line Store disini ada boneka BT21-nya, karakter Line ciptaan BTS.
Gak ngerti lagi kalo Korea bikin toko idenya kenapa bisa gemesin gini
Sekian petualangan hari ketiga di Korea. Mohon maaf atas lanjutan cerita yang super duper telat🤭 Semoga hari keempat bisa segera terbit wkwk.
























Tidak ada komentar:
Posting Komentar