Memperingati 70 tahun kemerdekaan Republik Indonesia hari ini, tanpa sadar pikiran saya terbang ke tahun 2014, bulan Agustus hari ke 17. Ya, ulang tahun Indonesia yang ke 69 tahun.
Makassar - Sorong
Sore hari di tanggal 15 Agustus 2014, kapal bertolak dari Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar menuju Sorong. Aktivitas kami dalam perjalanan laut tersebut tidak berbeda jauh dengan perjalanan sebelumnya. Olahraga pagi ditemani sinar oranye kekuningan matahari terbit dari ujung laut, dilanjutkan mandi, sarapan pagi, makan siang, materi hingga sore, ibadah magrib, makan malam, pentas seni, ditutup dengan istirahat.
Tapi ada satu hal yang berbeda, yaitu upacara peringatan 69 tahun Indonesia merdeka, 17 Agustus 2014. Upacara spesial ini akan dilaksanakan di anjungan (lantai paling atas) kapal. Dengan rasa excitement yang tinggi, kami segera bersiap pagi itu, berpakaian seragam batik merah putih lengkap dengan topi Sail Raja Ampat 2014. Pagi itu sekaligus menjadi pagi pertama kami menjadi konsumen antibiotik untuk malaria - berhubung destinasi kami selanjutnya adalah daerah rentan malaria. Obat ini dibagikan di hari sebelumnya kepada setiap peserta sebanyak 16 butir dan harus dikonsumsi setiap hari. Gawat! Honestly, saya gak pandai minum obat kapsul/tablet. Jika itu kapsul, maka kapsulnya harus dibuka dan saya hanya akan minum bubuk obatnya. Jika itu tablet, maka harus dihancurkan menggunakan air. Subhanallah, iya umur saya 23 tahun. (((23 tahun))). Pagi itu, dengan berat hati saya membuka kapsul obat lalu meminumnya. Huweekk, bubuk super pahit menggerogoti tenggorokan saya dan... saya muntah. Seketika bawaan badan jadi gak enak. Karena kejadian itu, saya sedikit terlambat mengikuti upacara. Peserta lain sudah selesai menyusun barisan. Saya bergabung di bagian belakang.
Posisi kapal tepat berada di Laut Banda dimana waktu itu ombaknya cukup tinggi. Para TNI AL berbaris gagah dan rapi lengkap dengan seragam mereka yang super kece. Upacara dimulai, bendera mulai dinaikkan oleh tim pengibar, lagu Indonesia Raya berkumandang, dan seluruh peserta dengan khidmat meletakkan tangan di kanan kepala pertanda hormat. Sikap tegap sedikit sulit dilakukan mengingat goyangan kapal kesana kemari akibat hempasan ombak. Bendera berhasil mencapai puncak tiang anjungan dan berkibar gagah ditiup kencangnya angin laut. Bagaimana rasanya? Tak ada yang bisa menjelaskan perasaan bahagia dan bangga luar biasanya menjadi saksi berkibarnya bendera Merah Putih di atas KRI Surabaya 591 di tengah Laut Banda.
Upacara 69 Tahun Republik Indonesia
Upacara selesai. Dilanjutkan dengan kegiatan bebas. (Masih di anjungan), entah dari mana, perlahan terdengar suara musik. Teman-teman saya tak bisa menahan hasrat untuk gak bergoyang, begitupun saya. Tapi, mengingat badan yg masih lemas karena insiden obat tadi pagi, saya hanya bisa duduk bersandar di salah satu dinding anjungan dan tertidur selama beberapa menit. Ketika bangun, acara joget-joget masih berlangsung. Ah, sudahlah. Saya tak bisa lagi menahan diri, saya pun ikut bergabung. Siang harinya diadakan berbagai lomba antar kelompok. Mulai dari lomba ambil koin dalam kuah, lomba make up dengan mata tertutup, sampai lomba futsal pakai sarung. Saya ikut di lomba make up dengan mata tertutup. Dibutuhkan tiga peserta dalam lomba itu. Satu orang tukang make up yang nantinya akan ditutup matanya, satu orang korban, dan satu orang pengarah. Tugas saya adalah mengarahkan si tukang make up. Dan jeng jeeeeng, si korban tampil cantik luar biasa berkat foundation setebal kulit badak yang dioleskan si make up artist. Seru seru! Perlombaan berakhir di sore hari.
KRI digoyaaang (Photo by @marsianusdismas)
Selesai joget-joget
Lomba Make up. Perhatikan make up paling tebal, dialah korban arahan saya. Hahahaha
Kelompok 6 (Watampone) seusai lomba 17-an
Kelompok 6 (Watampone) seusai lomba 17-an
Raja Ampat - Sorong - Raja Ampat
19 Agustus 2014
19 Agustus 2014
Kapal sandar di Pelabuhan Waisai, ibukota Raja Ampat. Lho, bukannya rute kami adalah Sorong? Yap benar. Di Waisai, kami hanya menurunkan peserta Pelantara yang akan melakukan perkemahan. Setelah kapal bersih dari peserta Pelantara, resmilah kapal menjadi milik kami meski hanya untuk beberapa hari. Perjalanan dilanjutkan menuju kota Sorong, kurang lebih 2 jam. Sesampainya di Sorong, kami disambut oleh pemerintah daerah setempat plus tari-tarian khas daerah. Malam harinya, kami bertemu lagi dengan pemerintah dareah dimana mereka melakukan kunjungan ke atas KRI. Tak lupa pemerintah menyiapkan pemuda-pemudi daerah untuk pamer aksi menari di depan kami. Tari-tarian mistis dan penuh semangat ala Papua kini kami saksikan langsung di tanah mereka dengan penari asli putra-putri daerah.
Dara-dara Cantique numpang eksis di Sorong
Hai Sorong! Salam kenal dari tanah melayu di seberang sana, Puan Cici dan Puan Amek
Dansatgas & Komandan KRI disambut oleh Pemerintah Kota Sorong
20 Agustus 2014
Pagi harinya kami melakukan kegiatan bersih-bersih pantai dimulai dari Pelabuhan Sorong. Kemudian dilanjutkan dengan pesiar ke Pantai Tanjung Kasuari. Wisata pantai kali itu adalah yang ter-menyebalkan bagi saya. Panjang kalo diceritakan dan akan terdengar childish. Tapi ada satu kejadian di pantai itu yang masih berbekas hingga kini. Kaki saya mendadak gatal dan muncul bintik-bintik merah selepas bermain di pantai. Entah karena bulu babi atau binatang air lainnya. Yang jelas ketidaknyamanan ini berlangsung lama dan semakin parah dari hari ke hari.
Waisai, ibukota Raja Ampat, kembali menyambut kami tanggal 22 Agustus. Ini dia yang kata orang surga jatuh ke bumi, Heaven on Earth, The Last Paradise. Tak sempat berlama-lama kagum, panitia langsung membawa kami ke kantor Bupati Raja Ampat untuk menerima pembekalan dari Menteri Pertahanan RI. Selesai pembekalan, kami diajak ke lokasi acara puncak kegiatan Sail Raja Ampat 2014, Pantai WTC (Waisai Torang Cinta) dan disana kami akan melakukan gladi untuk acara puncak besok. Sorenya kami berkunjung ke Raja Ampat Expo untuk sekedar melihat-lihat karena harga souvenir disini mahaaal hiks :"
Di bawah langit mendung Raja Ampat - Kelompok Watampone
Beberapa foto yang berhasil saya kumpulkan dari teman-teman di lokasi acara puncak Sail Raja Ampat 2014 - Pantai Waisai Torang Cinta, Raja Ampat, Papua Barat
Photo by @rahmatiaamek
Photo by @dewintapoernomo
Photo by @arniboronia
Photo by @aryoajiseno
Photo by @tanianugraheni
Photo by @windy_cahyani
Photo by @agungibrahim
Photo by @agungibrahim
Hasilnya selalu sama bukan? Raja Ampat memang indah :"
23 Agustus 2014.
Acara puncak dari kegiatan ini pun tiba. Kami ditugaskan menjadi pagar ayu dan pagar bagus untuk menyambut Bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Istri. Seluruh peserta berdandan secantik mungkin mengenakan pakaian adat dari daerah masing-masing. Hari itu, baju adat teluk belanga berwarna merah muda dengan hiasan kepala berupa tanjak, indah bersanding dengan baju adat kebaya laboh warna senada. Sunting tujuh bunga semakin mempercantik Dara-dara Melayu Riau. Tak lupa sebai (selandang bahu), bengkung (tali pinggang) dan kain songket sebagai pelengkap.
Baju Adat Khas Provinsi Riau (Ki-ka : Rizky, Saya, Cici, Bang Hendra)
Satu lagi momen tak terlupakan terjadi disini. Saya dan partner saya, Rizky, mendapat kesempatan menjadi salah satu pasang dari dua pasang peserta yang berdiri paling depan ketika menyambut Bapak Presiden dan Istri. Sepasang peserta lagi adalah peserta asal Papua Barat, mengingat acara puncak berlangsung di tanah mereka. Biarlah orang berkata lebay, tapi momen itu memang membahagiakan. Satu kalimat yang berulang-ulang saya dan Rizky ucapkan sembari menunggu kedatangan Bapak Presiden dan Istri : "Mimpi apaaa kita semalam". Hehehe. Meski hari itu tanah Raja Ampat diguyur hujan, kami tetap setia menunggu kedatangan Bapak Presiden dan Ibu. Selain Bapak Presiden dan Istri, acara puncak juga dihadiri oleh Menteri kabinet Indonesia bersatu Jilid II, undangan dari negara sahabat, aktivis kelautan, dll. Acara berlangsung meriah. Dimulai dari pembukaan, kata sambutan dari pemerintah daerah setempat hingga Bapak Presiden, penampilan seni dari pemuda-pemudi daerah setempat, atraksi terjun payung mengibarkan bendera merah putih dan yang paling ditunggu-tunggu adalah Sailing Pass, yaitu parade kapal-kapal perang dari berbagai negara. Tak mau kalah saling unjuk kegagahan. Tak terkecuali kapal kebanggaan kami, rumah terapung kami, KRI Surabaya 591.
Tempat Istimewa :"
Bapak Presiden SBY dan Istri
Riau - Sumatera Selatan - DIY
Riau - Bali
Sulawesi Tenggara - Riau - Sumatera Utara
Indonesia :"
Atraksi terjun payung di bawah langit mendung Raja Ampat
Selesai acara, kami berganti pakaian seadanya dengan make up masih menempel di wajah. Sebelum meninggalkan Waisai esok hari, sekali lagi kami diajak ke Raja Ampat Expo. Akhirnya souvenir pun dibeli secukupnya, sebagai tanda kami pernah sampai disini. Keesokan harinya, kapal bertolak menuju destinasi selanjutnya.
Bersama anak-anak Raja Ampat di Raja Ampat Expo
Also read :
















Tidak ada komentar:
Posting Komentar