Rabu, 05 Agustus 2015

KPN Sail Raja Ampat 2014 - Part III

Malam ini si empunya online diary sedang ingin mengenang sekaligus menyambung cerita yang telah lama terabaikan.

Jakarta - Makassar

Berdasarkan pengalaman dari para senior terdahulu, seminggu - dua minggu pertama pelayaran bakal jadi hari-hari sibuk bagi para peserta. Layaknya artis ibukota, jam 4 subuh kami sudah harus bangun buat ngantri mandi. Terdapat satu kamar mandi ukuran 2 x 2 meter dan satu toilet dengan 4 bilik kloset. Saking banyaknya peserta yang mau mandi di hari-hari pertama program, kadang di kamar mandi yang minimalis itu bisa diisi sampai 10 orang lebih. Peserta yang tak ingin ketinggalan mandi, memaksakan mandi di dalam toilet, salah satunya adalah saya he he he (tapi itu cuma sesekali).

Aktivitas dilanjutkan dengan sarapan pagi mulai jam 7 - 8 waktu Indonesia bagian tengah laut. Ada dua ruang makan untuk peserta pelayaran, Lounge Room Laki-laki dan Lounge Room Perempuan. Personally, saya lebih suka suasana lounge room laki-laki. Selain ruangannya luas dan bersebelahan dengan kantin, makan disana juga menggunakan ompreng (re: tempat makan ala-ala penjara). Tak ketinggalan playlist yang up-to-date. Sementara di lounge room wanita, ruangannya lebih kecil dan makan disana juga menggunakan piring. Tapi, seluruh peserta dibebaskan untuk makan di lounge room yang mereka suka, terkecuali ya Lounge Room Perwira hehe. Untuk menu makanannya super sekali. Tiap hari selalu dengan menu yang sama : TAI. Telur, Ayam, Ikan. Pagi telur, siang ayam, dan malam ikan. Semua menu digoreng tanpa tambahan apapun, cabe misalnya. Bagi peserta yang gak bawa saos sambal atau sejenisnya dari rumah sebagai pelamak makan, alamatlah minta-minta sama teman sebelah. Kalo gak kebagian ya nasib. Untuk sayurnya lumayan beragam. Kami paling senang kalo dapat menu sayur kangkung atau sop kentang wortel. Kalo untuk buah, kadang ada kadang gak. Lounge room ini juga menjual beberapa makanan seperti bakso dan popmie. Makanan terakhir yang bisa jadi pilihan di saat bosan dengan menu kapal adalah roti bakar. Jualnya di dekat lounge room laki-laki. Harganya Rp 5000,-. Untuk tim piket berasal dari peserta pelayaran yang tiap harinya selalu berganti. Tim piket ini bernama Penanting. 

Ini di Lounge Room Perempuan

 Menu Sarapan Pagi (Telur)

Menu Makan Siang (Ayam) di Lounge Room laki-laki

Menu Makan Malam (Ikan)

 Bakso super ala KRI Surabaya 591

Selanjutnya, seluruh peserta pelayaran dikumpulkan di helideck untuk mengikuti materi hingga siang hari. Lalu disambung lagi setelah makan siang sampai maghrib. Malamnya pun kami harus kembali berkumpul di helideck. Terkadang untuk materi, terkadang untuk menyaksikan pementasan seni dari teman-teman tiap provinsi. Karena padatnya jadwal, kami pun tiba pada pilihan apakah harus mandi sore dulu atau makan malam dulu karena waktu istirahat cuma cukup untuk melakukan salah satunya. Dan mulai hari itu, kami mengemban prinsip baru. Biar bau daripada sakit. Meskipun perjalanan laut, ada yang gak boleh ketinggalan : ibadah. Kira-kira seperti itulah kegiatan rutin kami di awal-awal program.

It brought me so much happiness being in the middle of the sea for the very first time :')

Beautiful, isn't it? More beautiful if you could see it directly

Makassar

Malam, 11 Agustus 2014
Kapal bersandar di Pelabuhan Soekarno-Hatta Makassar, Sulawesi Selatan. Untuk turun kapal, kami harus menunggu hingga pagi hari. Malam itu, saya dan teman-teman dari Provinsi Riau mendapat giliran untuk culture perform. Kami berhasil menampilkan pantun, syair, tari melayu, dan lagu melayu ala upin ipin.

Penyerahan plakat kepada Dansatgas KPN/LNRPB setelah culture perform

Matahari pagi  kota Makassar menyentuh lembut wajah-wajah kami. Perasaan bahagia gak bisa disembunyikan dari seluruh peserta pelayaran. Semua tergambar jelas dari senyum lebar kami. Bagi saya pribadi, ini adalah pertama kalinya berkelana jauh dari tanah kelahiran. Turun dari kapal, kami disambut oleh pemerintah daerah setempat diiringi tari-tarian khas Sulawesi Selatan. Setelah penyambutan, kami dibawa ke Kantor Gubernur Sulawesi Selatan untuk kegiatan yang sama : penyambutan.

Tersebutlah sebuah kabupaten berjarak 1-2 jam dari kota Makassar. Kabupaten tersebut bernama Maros. Tempat ini nantinya akan menjadi rumah bagi kami, tempat kami akan tinggal selama 3 hari di kediaman warga. Sebelum bergerak ke lokasi (calon) rumah tinggal, dari Kantor Gubernur tadi, kami dioper lagi ke Kantor Bupati Kabupaten Maros. Alhamdulillah, disini kami dijamu dengan makan siang :")

Setelah rentetan kegiatan penyambutan selesai, kami diarahkan menuju lokasi homestay. Lokasi homestay dibagi menjadi dua kecamatan. Kelompok 1-5 di Kecamatan Simbang dan kelompok 6-10 di Kecamatan Bontoa. Berhubung saya anggota kelompok 6, terpisahlah saya dari teman-teman Provinsi Riau yang merupakan anggota kelompok 3, 4, dan 5.

Perjalanan sore menuju Kecamatan Bontoa mengingatkan saya dengan kampung halaman nan jauh di barat Indonesia sana, Bukittinggi. Warna kuning keemasan padi-padi di bahu jalan membayar rasa lelah perjalanan dari Kota Makassar plus audiensi sana sini. Malam ini akan menjadi malam pertama istirahat di darat setelah 4 hari berlayar. Sindrom gelombang laut masih terasa cukup kuat.

Hari kedua di Bontoa diisi dengan berbagai kegiatan sosial. Mulai dari Kelas Inspirasi di SD-SD sekitar, penanaman mangrove, pembangunan perpustakaan mini, kerja bakti mesjid, dan pengobatan gratis. Beruntunglah saya kali itu bergabung dalam tim pengobatan gratis karena pengobatan akan dilakasanakan di desa Rammang-rammang, salah satu daerah wisata unggulan di Sulawesi Selatan. Untuk mencapai Rammang-rammang, kami menyusuri sungai menggunakan perahu pompong. Dalam perjalanan menuju desa, kami dihadiahi landscape pegunungan dan terowongan batu kapur, dan juga beraneka jenis pohon mangrove di sisi kanan dan kiri sungai. Pegunungan batu kapur di Desa Rammang-Rammang ini adalah pegunungan batu kapur terluas dan terbesar kedua setelah Cina. Perjalanan pulang menuju rumah tinggal, kami diajak untuk mencicipi kuliner khas Makassar seperti Konro, Palubassa, dan minuman favorit saya, Es Pisang Ijo. Yummmmm!

Welcome to Rammang-rammang yeayyy!!

So beautiful (Photo by @jevonsamuel)

Hari ketiga, kami diberikan kesempatan untuk melaksanakan wisata ke Taman Nasional Bantimurung. Taman ini merupakan tempat penangkaran kupu-kupu. Tapi sayang, persediaan kupu-kupu disana sudah menipis. Selain kupu-kupu, disini juga ada air terjun, danau, dan goa. Malam harinya, saya dan teman-teman Provinsi Riau diberi kesempatan untuk tampil dalam acara pentas seni di pusat wisata kuliner Pantai Tak Berombak. Selain Provinsi Riau, pentas seni juga diisi oleh teman-teman dari Jogjakarta, Sumatera Barat, dan pelajar-pelajar dari Kabupaten Maros.

The Kingdom of Butterfly, Bantimurung

Air terjun di Taman Nasional Bantimurung (Photo by @ramandayuli)

Malam Pentas Seni di Pantai Tak Berombak bersama teman-teman dari Sulsel, Sumbar, dan Jambi

Hari keempat di Bontoa, kami berpamitan dengan keluarga baru karena kami akan menjutkan perjalanan menuju destinasi selanjutnya. Sebelum kembali ke kapal, kami dberi kesempatan belanja sepuasanya asalkan pakai uang sendiri. Lokasi perbelanjaan terletak di kawasan Pantai Losari. Jadi harus pandai-pandai membagi waktu antara shopping dan foto-foto di icon kota Makassar itu. Siang menjelang sore, kami naik ke kapal. Sore harinya kapal bergerak meninggalkan kota Makassar. See you someday, Makassar. See you someday, Bontoa. See you someday, keluarga angkat :')

City of Makassar, ini samping-sampingan sama tulisan Pantai Losari. Tapi gak sempat foto di tulisan Pantai Losari karena diburu waktu. Next time yaaa aamiin.

Next Destination : Sorong! Are you ready?


Also read :

Tidak ada komentar: