Jumat, 01 Januari 2021

KPN Sail Raja Ampat 2014 - Part V (End)

Karena keisengan baca cerita-cerita jadul di blog sendiri dan berhenti di postingan tahun 2015, sekarang malah jadi pengen ngelanjutin nulis kisah lama yang masih belum usai. Yes, the story of sailing journey. Do I still remember it clearly? Anyway, kalau ada orang yang baca cerita tentang pelayaran yang saya tulis ini mulai dari part pertama sampai part terakhir, mohon maaf ya gaya bahasanya agak berbeda. They are five years apart hehe. Hal lainnya, sepertinya foto yang akan saya attach akan sangat terbatas di postingan terakhir ini karena my clothes wasn't proper back then hehe. Well, let's get started.

Raja Ampat - Ambon

Seperti yang bisa dilihat di peta, jarak Raja Ampat dan Ambon sangat dekat, cuma beberapa centi. Jadi, tak perlu waktu 24 jam untuk sampai. Dalam rute perjalanan kami yang dirilis jauh hari sebelum keberangkatan, tidak ada tertulis destinasi Ambon. Tapi kenapa sekarang mampir ke Ambon? Setelah ditelusuri, ternyata kapal mulai kehabisan segala kebutuhan yang diperlukan, jadilah mampir di Ambon untuk refill semuanya. Yes, rute bonus!

And here we are, Ambon Manise! Sembari menunggu persediaan kebutuhan kapal terisi, peserta dapat kesempatan pesiar meski untuk beberapa jam saja. Kami dikumpulkan dulu beberapa menit di Lapangan Merdeka Balai Kota Ambon untuk briefing pesiar. Setelah briefing, kami pun dilepas kemanapun hendak pergi asal tidak hilang. Di seberang Balai Kota, ada Gong Perdamaian Dunia, mampir sebentar berswafoto.

Lapangan Merdeka Balai Kota Ambon

Setelah selesai, salah satu kakak pendamping, tepatnya kakak pendamping kelompok 9 (anggaplah namanya A) yang adalah orang Ambon, ngajak anak-anak dampingannya alias peserta kelompok 9 untuk mampir ke rumahnya nyobain makanan khas setempat buatan Ibunya. Secara tak sengaja saya pun ter-ajak (FYI, saya kelompok 6). Kok bisa? Jadi, si Kak A ini lagi "dekat" dengan teman terdekat saya selama pelayaran dan anggaplah namanya B (FYI lagi, si B ini kelompok 7). Niatnya mungkin mau ngajakin si B aja. Tapi berhubung saya kemana-mana berdua terus sama si B, mau gak mau saya pun diajak ikut wkwk alhamdulillah. Kami cuma punya waktu 45 menit untuk menyelesaikan misi bertamu ke rumah kak A. Demi-demi makanan ini, kami pergi pakai angkot 15 menit, makan 15 menit, dan harus balik lagi ke meeting point dalam waktu 15 menit.

Di rumah kak A, kami disajikan papeda dengan ikan kuah kuning dan banyak pilihan makanan lainnya. Kuah kuningnya masyaAllah segar dan nikmat sekali untuk kami yang nyaris bosan makan makanan kapal yang gak banyak variasi. Rasa penasaran dengan papeda yang tergolong makanan aneh bagi warga Indonesia bagian barat ini akhirnya hilang setelah selama ini hanya bisa melihat di TV.

Tak terasa, persediaan kebutuhan kapal hampir terisi penuh. Kami mulai naik ke kapal, mengikhlaskan pesiar Ambon yang seperenam hari pun enggak sampai, tapi tetap bersyukur ya dapat rute tambahan.

Ambon - Kupang

Tanggal 27 Agustus 2014, biru dan jernihnya air laut di pelabuhan Kupang menyambut ramah rumah terapung kami. Di sini kami disambut dengan drum band, dihibur dengan permainan alat musik Sasando, diberikan materi pertahanan negara oleh Bapak Gubernur Lemhanas RI, dan dibawa ke beberapa objek wisata seperti Gong Perdamaian dan Pantai Teddy's. Tak ketinggalan jamuan makan malam di Kantor Gubernur NTT plus acara culture perform yg ditampilkan oleh peserta KPN dari Provinsi Jambi dan Provinsi Kalimantan Tengah. Menu makan malam yang super beragam yang disiapkan oleh tim orang nomor satu di NTT ini sudah bisa dipastikan membuat peserta kalap mengingat di kapal menunya selalu konsisten telur ayam ikan setiap hari.

Penyambutan di Kupang

Abang-abang main Sasando

Jatah dua hari menghirup udara Kupang berlalu dengan cepat. Untuk kesekian kalinya, tiba waktunya untuk berpisah. KRI Surabaya 591 angkat jangkar demi melanjutkan perjalanan ke titik terakhir sebelum kembali ke ibukota.

Bali

Rumah besi raksasa kecintaan kami ini melepas sauh di Pelabuhan Benoa, Bali, di malam hari pada tanggal 29 Agustus. Hati dan kaki sudah tak sabar untuk segera menjejak Pulau Dewata. Tapi apa daya belum ada arahan untuk turun malam itu dari panitia kegiatan. 

Besoknya kami diagendakan untuk berkunjung ke Museum Bajra Shandi dengan tujuan setelahnya adalah pantai. Bukan, bukan Pantai Kuta tapi Pantai Matahari Terbit. Sangat disayangkan ya huhu. Di pantai, agendanya bebas dan waktunya cukup lama. Salah satu teman kelompok saya yang adalah orang Bali, Yanti namanya, mengajak untuk berburu oleh-oleh dengan transportasi yang disediakan oleh orang tuanya. Tanpa pikir panjang, beberapa peserta dan panitia pun berangkat. Kami diarahkan ke Toko Souvenir Erlangga. Selain ke Erlangga, kami juga ke Toko Souvenir Khrisna, salah satu itinerary yang memang sudah disiapkan panitia.

Destinasi hari kedua sekaligus terakhir di Bali adalah Istana Kepresidenan Tampaksiring. Di sinilah terjadi drama untuk yang kesekian kalinya selama pelayaran. Bintik-bintik merah di kaki saya yang saya dapat akibat main di Pantai Tanjung Kasuari, hari itu kumat minta digaruk karena kena sinar matahari langsung selama berkeliling istana. Pecahlah tangis menahan rasa gatal yang luar biasa. Jadwal selanjutnya ke Goa Gajah harus saya ikhlaskan demi pergi berobat ke rumah sakit terdekat. Dua orang pendamping, Kak Windu-Kak Adri, dan teman saya, Cici, ikut mengantarkan ke rumah sakit dengan mobil terpisah. Setelah berobat, kami segera menyusul rombongan yang sudah sampai lebih dulu ke lokasi Goa Gajah.

Gerbang Istana Tampaksiring. Sekian banyak foto di Bali, cuma ini satu-satunya foto "ter-proper" di yang bisa saya attach :''(

Sore hari, perjalanan kami di Bali rampung. Seluruh peserta, panitia, dan kru kapal bergerak menuju pelabuhan. Kapal pun siap berlayar kembali ke destinasi pertama, Jakarta.

Bali - Jakarta

Dalam perjalanan menuju titik akhir, kami melakukan beberapa agenda penutup kegiatan. Salah duanya adalah menamatkan diskusi proposal kegiatan pasca layar dan evaluasi kegiatan pelayaran. Tanggal 2 September 2014, penampakan sempurna wajah pelabuhan Tanjung Priok tinggal menunggu waktu. Di malam terakhir, panitia menyelenggarakan berbagai macam acara hiburan, mulai dari KPN Award, peragaan busana oleh TNI AL dan peserta KPN, pembacaan puisi, persembahan lagu, ditutup dengan renungan dan acara perpisahan peserta. Malam itu, lautan menjadi saksi betapa banyaknya air mata yang tumpah dan betapa eratnya genggaman tangan dan pelukan antar peserta.

Foto terakhir di kapal bersama Watampone

3 September 2014, kapal menepi di Pelabuhan Tanjung Priok. Sebelum turun, diadakanlah upacara pelepasan tanda peserta yang dipimpin oleh Deputi Bidang Pemberdayaan Pemuda Kementerian Pemuda dan Olahraga dan pembacaan deklarasi Pemuda Bahari. Dengan hati dan langkah kaki yang berat, kami mulai meninggalkan bahtera yang sampai kapanpun akan kami rindukan.

***

Super lega akhirnya bisa menuntaskan cerita yang macetnya sampai lima tahun ini. Seeyaw!


Also read :

Tidak ada komentar: