Kamis, 29 Agustus 2019

Haji Kecil - Part I

Dalam waktu singkat, bucket list teratas saya berubah dari Korea Selatan jadi Saudi Arabia. Penyebabnya adalah penemuan grup Whatsapp UBP alias Umroh Backpacker Pekanbaru di semester kedua tahun 2017. Bayangan tentang umroh minim budget dan keseruan perjalanan ala backpacker memantapkan hati saya untuk segera menginjakkan kaki di kota Mekkah. Keberangkatan pertama grup UBP adalah pada awal tahun 2018. Waktu itu saya belum bisa ikut karena dana belum mencukupi. Di pertengahan 2019, muncul obrolan untuk membentuk grup kedua dengan keberangkatan akhir tahun. Kegembiraan saya tidak bisa ditutupi, saya sangat bersemangat waktu itu dikarenakan dana sudah mencukupi. Tapi sayang, obrolan itu menguap begitu saja.

Kekecewaan saya berubah kembali menjadi harap ketika awal tahun 2019 seorang lelaki, sebut saja Bang Roki, menghebohkan grup Whatsapp dengan kiriman gambar harga tiket Kuala Lumpur - Jeddah - Jakarta untuk keberangkatan tanggal 4 April 2019 seharga 5,7 juta dengan maskapai Srilankan. Normalnya, flight ke Saudi PP kisaran 8 juta ke atas dengan maskapai Saudia atau sekelasnya. Tanpa pikir panjang, sang inisiator grup UBP Pekanbaru, Kak Mike, langsung mendata warga grup yang tertarik bergabung dengan Bang Roki yang udah issued tiket lebih dulu. Dan terkumpullah 8 orang calon jemaah yang akan berangkat.
1. Saya, Alhamdulillah
2. Mama saya
3. Emil, adik perempuan saya
4. Mama Kak Anggi
5. Papa Kak Anggi
6. Bang Roki
7. Mama Bang Roki
8. Bang Syairi

Ketika mau issued tiket, flight promo tanggal 4 April seharga 5,7 juta itu sudah tidak terdeteksi lagi. Untuk menyiasatinya, saya, mama, Emil, mama dan papa Kak Anggi ambil jadwal sehari lebih awal dari Bang Roki, tanggal 3 April 2019 dengan harga tiket yang masih di kisaran angka 5. Oke, tiket done! Tentunya ditambah tiket Pekanbaru - Kuala Lumpur dan Jakarta - Pekanbaru ya.

Terus nanti disana nginap dimana? Makannya? Transportasi disana? Yang bimbing umroh? Dan sejuta pertanyaan lainnya dibalik judul "Umroh Backpacker" ini. Saya pun baru tau setelah bergabung di grup UBP Pekanbaru kalo ada yang namanya LA alias Land Arrangement. Kalo kata Mbah Gugel, LA adalah proses pengurusan segala keperluan perjalanan haji/umroh selama berada di tanah suci. Intinya, kita semacam ambil paket perjalanan umrohnya setelah tiba di Saudi yang otomatis exclude tiket pesawat. Jadi sebenarnya kita gak full backpaker-an, di Saudi tetap ada yang ngurusin. Insya Allah gak akan terlantar seperti yang ditakutkan oleh kebanyakan orang.

Long story short, semua persiapan rampung. Tanggal 2 April, kami berlima siap terbang ke Kuala Lumpur. Sebagai satu-satunya yang tergabung dalam grup Whatsapp UBP (ya iya, yang berangkat bareng saya kan orang tua semua kecuali adik saya wkwk), mau gak mau saya harus jadi penanggung jawab grup kecil itu selama perjalanan pergi dan pulang. Modal saya saat itu hanya info dan tips dari Kak Mike.

Kami menginap di KL satu malam dan kondisi disana aman terkendali. Tanggal 3 April kami memulai perjalanan, transit di Colombo - Srilanka selama 4 jam, dan mendarat di Jeddah jam 18:10 waktu setempat. Flight kami ke Madinah terjadwal jam 1:35 dini hari di tanggal 4 April. Waktu itu sengaja cari flight yang jarak waktunya agak jauh untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Tanpa kegiatan apapun, kami menunggu flight selanjutnya di arrival hall. Gak berapa lama, datanglah dua lelaki Arab dengan setelan jas rapi menghampiri kami. Si Abang A langsung ajak saya ngomong pakai Bahasa Arab yang jelas-jelas tidak saya mengerti dengan raut muka yang cemas-cemas gak jelas. Waduh, ada apa ini, pikir saya. Si Abang B pun menengahi dan berhasil mengkomunikasikan tujuan mereka menghampiri kami, tentunya bukan dengan Bahasa Arab wkwk.

Awalnya mereka tanya kami mau kemana. Saya jawab mau ke Madinah. Mereka bilang kalo ke Madinah terbangnya bukan dari sini tapi dari south airport. Waduh, zonk wkwk. Infonya berbeda dari info yang saya dapat sebelum berangkat ke Saudi. Saya langsung tanya gimana cara kesana. Saran mereka adalah dengan taksi. Memang mahal tapi gak pakai lama nunggu kayak kalo pakai bus. Saya pun mikir untuk beberapa saat. Tiba-tiba Si Abang B nawarin mau ngantar tanpa biaya apapun dong. Waw apa lagi ini wkwk. Akhirnya emak saya bilang pakai taksi aja. Lalu, dicariin dan diantarkanlah kami sampai ke taksi oleh Si Abang B. Syukron Abang B. 

Sebenarnya, perbincangan saya dengan dua abang brewokan ini tidaklah sesimpel itu. Mulai dari minta tunjukin visa, e-ticket ke Madinah, sampai minta ditelfonin penanggung jawab LA saya yang ada di Madinah karena mereka mau bicara. Belum lagi mereka ngomongnya mutar-mutar dan ngulang-ngulang. Padahal tinggal bilang, "Mbak, flight ke Madinah melalui south airport ya. Transportasi kesana bisa dengan taksi atau bus, nanti bisa kita bantu carikan". Selesai. Ya gak ya gak?

Tidak terlalu lama, sampailah kami di King Abdul Aziz International Airport S. Sambil nunggu konter check-in yang bukanya pasti masih lama, kami sholat dan makan dulu. Entah berapa jam setelah itu, konter pun buka, kami segera check-in dan ambil posisi terbaik di ruang tunggu bandara. Sebenarnya mata udah kriyep-kriyep. Selain memang udah malam juga, di Indonesia itu udah memasuki waktu nyenyak-nyenyaknya tidur. Tapi sebisa mungkin saya tahan karena takut ketinggalan pesawat. Para orang tua sudah bergantian tidur.

Suara petugas dibalik speaker memanggil penumpang mengakhiri penantian kami. Waktu keberangkatan tiba. Gak perlu nunggu lama setelah boarding, mata saya menyerah. Saya tertidur sampai pesawat mendarat di Madinah tanpa pakai safety belt. Jam menunjukkan angka 2:30. "Tugas" pertama saya selesai wkwk. Jemputan sudah menunggu. Kami diantar ke penginapan dan diberi waktu bersih-bersih untuk kemudian berangkat ke Masjid Nabawi melaksanakan sholat subuh.

***

Kira-kira akan seperti apa pengalaman perjalanan religi di kota ini? Mari kita tunggu kemunculan "Part II" dari sesi cerita Haji Kecil. Semoga Part II gak berakhir wacana wkwk. Seeyaw.


Tidak ada komentar: