Jumat, 28 Desember 2018

Sampai Jumpa Lagi, Merlion!

3 Desember 2018

Gak terasa udah masuk hari terakhir kita di Singapura. Ya iya disananya cuma 2,5 hari gimana mau terasa wkwk. Pagi itu kita berniat langsung check-out berhubung kita gak mungkin balik ke penginapan jam 12 nanti, tapi ternyata meja resepsionisnya masih tutup. Kita isi waktu menunggu dengan sarapan cup noodle yang udah dibeli malam sebelumnya dan lagi-lagi Mesjid Sultan menjadi perantara penyelamat kita untuk masalah per-air-an. Setelah lumayan kenyang dengan cup noodle yang emang sengaja beli porsi besar, kita balik lagi ke penginapan berharap resepsionisnya udah buka dan Alhamdulillah ternyata emang udah buka. Kita pun check-out, gak lupa nitip backpack ke abang resepsionisnya (atau sepertinya yang punya penginapan) sampai sore hari karena jadwal bus kita ke Kuala Lumpur masih jam 7 malam nanti.

Agenda hari itu adalah menuntaskan rasa penasaran ke Marina Barrage yang belum terpenuhi. Berdasarkan review yang saya baca, stasiun paling mentok ke Marina Barrage adalah Marina Bay. Dari Marina Bay, kita harus lanjut pakai bus sampai ke halte terakhir sebelum Marina Barrage. Berpegang pada review itu, kita pun memulai perjalanan. Dari stasiun Bugis, ambil jalur biru arah ke Sungai Bedok. Terus bisa turun di Promenade atau Bayfront, ganti ke jalur kuning arah ke Marina Bay. Turun deh di Marina Bay. Pas keluar dari stasiun ini, kita lihat sekeliling buat cari halte bus. Tanpa sengaja, kita lihat sederet sepeda terparkir. Dan ting! Ya, ini saatnya!

Sebelum berangkat ke Singapura, saya dapat bekal info dari teman yang udah kesini kalo disini ada fasilitas bike sharing. Jadi sistemnya kita download aplikasi, daftar akun, top up, udah deh tinggal unlock dengan scan QR code yang ada di sepedanya. Gak cuma sepeda, scooter juga ada. Merknya pun gak cuma satu, yang paling terkenal itu ada Ofo dan Mobike. Untuk Ofo, ada 1 free ride untuk penggunaan aplikasi pertama kali.

Dari sebelum berangkat kita emang udah rencana mau coba fasilitas bike sharing ini behubung dapat gratisan ya kan, tapi belum nemu waktu yang pas. Dan ternyata waktunya pas sekali saat itu karena kita juga sedang berhemat saldo EZ-Link untuk dipake ke terminal bus keberangkatan ke KL nanti. Intinya ya biar gak perlu keluar duit buat top up lagi wkwk.

Usaha kita beberapa menit memahami cara kerja aplikasinya berhasil, sepeda ter-unlock dan kita pun siap gowes-gowes lucu pagi itu. Dengan bantuan google maps, kita jelajahi jalanan menuju Marina Barrage. Jalur sepeda disini letaknya di bagian trotoar jalan bukan di jalan raya, sebelahan sama jalur pejalan kaki. Jadi rasanya lebih aman karena gak perlu berbagi jalur dengan mobil-mobil di jalan rayanya. Perjalanan ke Marina Barrage lumayan jauh tapi karena letaknya di pinggir kota, jadi jalanan menuju kesana gak terasa panas dan capek karena dipenuhi pohon-pohon.

Sampailah kita di Marina Barrage dan waw..

Ini gambar saya ambil dari internet ya biar kelihatan gimana bentuknya. Tanah lapang yang ijo-ijo itu lokasinya

Ini baru foto kita wkwk

Setelah merasa cukup, kita lanjutkan perjalanan ke Merlion. Sebelumnya kita gak tau mau lewat mana ke Merlion kalo dari Marina Barrage, tapi ternyata ada akses langsung menuju Gardens by The Bay dari situ. Karena sepeda tadi gak kita lock, jadi masih bisa dipake. Goweslah kita menyusuri pinggiran waduk sampai ke Cloud Forest & Flower Dome. Sampai abis jalanan aspal, kita parkirin sepeda dan jalan kaki masuk ke kawasan Gardens by The Bay sampai dapat Supertree Grove. Untuk masuk ke taman besar ini, gak boleh bawa sepeda atau skate. Cekrek cekrek dikit lah kita disini. Tapi... saya gak bisa dapat proper foto di bagian Supertree Grove-nya karena masih banyak sisa-sisa Christmas Festival malam sebelumnya. Jadi fotonya banyak kehalang sama properti-properti festival.

Gowes lucu, itu background-nya Cloud Forest

Foto ter-proper Supertree Grove yang bisa saya dapat

Setelah formalitas ambil beberapa foto di Supertree, kita lanjut ke Merlion melalui jembatan penghubung yang sama dengan malam pertama. Rencananya kita mau coba fasilitas scooter sharing dari The Shoppes menuju Merlion. Sampai di depan The Shoppes, kita carilah scooter dengan merk Telepod yang katanya ada 10 menit free ride. Sepeda sama scooter-nya bisa ditemukan dimana-mana, tapi kadang cuma ada satu atau dua gitu. Kalo mau lebih banyak pilihan, coba ke bawah Helix Bridge. Disitu banyak terparkir sepeda dan scooter dengan berbagai merk.

Pas kita mau coba 10 menit free ride dari Telepod itu, tetoott. Gagal. App-nya bilang kita gak ada saldo. Nipu nih strategi marketing-nya wkwk. Kita lihat beberapa sepeda dengan merk lain dan menghabiskan waktu untuk download app-nya tapi sepertinya cuma Ofo yang kasih free ride. Pfttt...

Karena hari mulai mendung dan hujan mulai turun satu-satu, akhirnya mau gak mau kita harus jalan kaki ngelilingin danau menuju Merlion daripada terjebak hujan di The Shoppes. Bermodal satu payung untuk berdua, kita terobos hujan yang mulai menderas. Kita juga sempat mangkal sebentar di pinggiran gedung karena hujannya terlalu deras untuk dilalui. Dalam waktu kurang dari setengah jam (termasuk waktu nunggu hujan reda), sampailah kita di Merlion. Jepret-jepret, selesai.

Too many photo spots in one picture wkwk : Helix Bridge - Marina Bay Hotel - ArtScience Museum

Pernyataan 'Gak ke Singapura kalo gak ke Merlion' masih berlaku gak?

Sekitar jam 1 siang, kita putuskan balik ke hostel buat ambil backpack. Kalo dari Merlion ini, stasiun terdekatnya adalah Raffles Place (jalur hijau dan jalur merah). Karena kita mau ke Bugis, kita ambil jalur hijau arah ke Expo/Pasir Ris. Sampai disana, kita perpisahan dulu sama Mesjid Sultan yang jadi MVP di perjalanan kali itu, lanjut ambil backpack di hostel, dan pastinya makaaaan. Kita udah dua kali makan di Kampong Glam Cafe dan dilayani oleh petugas yang sama, jadi agak nganu kalo makan disana lagi dan dilayani doi lagi. Maka, terpilihlah Zam-zam Singapore sebagai pengganti. Yaa emang gak ada pilihan lain sih emang. Cuma itu tempat makan low bugdet yang kita tau di daerah situ wkwk.

Sekitar jam setangah 5 sore, kita berangkat ke terminal bus keberangkatan ke KL, namanya Golden Mile Complex. Sebenarnya tempat ini gak kayak terminal sih, dan mungkin emang bukan terminal. Tapi bus-bus antar kota antar provinsi kayaknya emang banyak berangkat dari situ. Stasiun MRT terdekat dari Golden Mile Complex adalah Nicoll Highway di jalur kuning. Dari stasiun Bugis ambil jalur biru arah ke Sungai Bedok, tukar ke jalur kuning di Promenade, naik MRT arah ke HarbourFront, tinggal tunggu MRT berhenti di Nicoll Highway. Sebelum naik MRT, sebenarnya kita udah deg-degan karena takut saldo EZ-Link kita gak cukup. Dikurangi saldo minimal 3SGD, kita cuma punya sekitar 0,8SGD dan kita gak tau ongkos ke Nicoll Highway itu berapa. Yaudah gas aja... dan ternyata cukup. Alhamdulillah. Sebelum keluar stasiun, kita refund saldo EZ-Link dulu di konter.

Dari stasiun Nicoll Highway, kita jalan sekitar 5 menit menuju Golden Mile Complex-nya. Pas udah dekat ke Golden Mile Complex, saya gak sengaja ngelihat plang nama jalan yang tulisannya "Sultan St". Terus langsung mikir, kok ada nama jalan 'Sultan St' ya di daerah sini. Dan setelah kita analisa, ternyata memang itu adalah daerah Mesjid Sultan :')))) Perjalanan yang cuma maksimal 10 menit jalan kaki, kita tempuh dengan MRT pakai ganti-ganti jalur :')))) Seketika kita merasa bodoh. Kenapa gak ngecek google maps dulu tadi :')))))

Sambil berusaha melupakan kejadian itu, sampailah kita di Golden Mile Complex. Bus kita yang bernama Sri Maju bersiap ngangkut kita menuju KL di jam 7 malam. Perjalanan ke KL kurang lebih 5-6 jam, jadi perkiraan kita bakal sampai jam 1 tengah malam. Singgah sebentar di imigrasi Singapore, imigrasi Malaysia, dan rest area, sampailah kita di Swiss Garden Hotel KL tempat dimana bus menurunkan penumpang. Dari Swiss Garden Hotel, kita jalan kaki di tengah malam mencekam itu menuju penginapan yang jaraknya sekitar 10 menit dari situ. Kita banyak melewati rusun dan jalanan gelap yang bikin suasana tambah horor takut ada orang jahat, tapi kita sok berani aja sampai akhirnya nemu penginapan kita. Alhamdulillah selamat..

***

Kira-kira KL kayak apa ya? Apa sama dengan yang di-marketing-kan selama ini?


Cerita sebelumnya : Wisata Religi di Kota Mermaid Berkepala Singa

Senin, 10 Desember 2018

Wisata Religi di Kota Mermaid Berkepala Singa

2 Desember 2018

Paket menginap kita gak include breakfast. Pagi itu, menu sarapan kita adalah mini cup noodle yang dibawa teman saya dari Pekanbaru. Untuk air panasnya kita kurang tau kalo penginapan nyediain atau enggak dan kita gak nanya juga sih wkwk. Sekitar jam setengah 8 pagi, kita bergerak menuju Mesjid Sultan untuk ambil air panas gratisan dan numpang sarapan disana. Tapi kali ini kita lewatnya via Haji Lane, itu lho jalan kecil yang banyak mural dan toko-toko lucu. Haji Lane juga super dekat dari penginapan dan Mesjid Sultan.

Kenapa jalanan ini dinamakan Haji Lane?

Jalanan kota Singapura masih sepi, terlebih di Mesjid Sultan. Kita duduk di kursi luar mesjid yang tersedia, menikmati hangatnya cup noodle porsi sekali suap itu di sejuknya udara pagi kota Singapura yang waktu itu juga sedang musim hujan. Selesai sarapan, kita foto-foto dulu di spot wajib untuk foto yang ada di Mesjid Sultan.

Ini diaaaa. Pasti udah sering ya lihat foto dari angle ini

Hari itu kita sepakat untuk ke lokasi wisata yang paling jauh dulu yaitu Sentosa Island. Foto-foto di depan bola dunianya memang harus masuk to-do list kalo ke Singapura selain foto di Merlion ya. Untuk ke Sentosa Island dari Bugis, kita harus ke HarbourFront sebelum nyebrang ke Sentosa-nya. Caranya, ambil MRT jalur biru arah ke Bukit Panjang dan ganti MRT jalur ungu di Little India arah ke HarbourFront. Di HarbourFront ambil exit ke Vivo City Mall terus naik ke lantai 3 tempat dimana Sentosa Station berada. Untuk ke Sentosa Island, kita gak lagi pakai MRT tapi pakai Sentosa Express. Untuk naik Sentosa Express dikenakan biaya 4SGD kecuali bagi pengguna kartu EZ-Link karena bisa langsung tap saja dengan saldo yang kita punya. Sebelumnya kita udah isi saldo di stasiun MRT Bugis sebesar 10SGD (ini minimal pengisiannya ya wkwk jadi ya mau gak mau) karena tau saldo yang ada gak bakal cukup buat ke Sentosa.

Sampai di Sentosa Island, langsung deh ke spot tujuan; Bola Dunia Universal. Oh ya, kalo mau ke Universal Studio dan sekitarnya ini, turun di Waterfront Station ya karena di pulau ini sendiri ada beberapa stasiun yang tujuannya beda-beda.

Oke siap. Cekrek sana cekrek sini. Melihat kita berdua yang kesusahan buat selfie berlatar bola dunia, seorang lelaki berkalung kamera SLR yang sangat jelas bahwa dia adalah pegawai di tempat wisata ini, mendekati kita dan nawarin buat ngambilin foto kita dengan kamera saya. Bau-baunya keluar duit nih. Kita pun tolak dengan halus.

"Free." katanya.
"Really? You sure?" tanya kita gak percaya.
"Yes." jawabnya mantap.

Saya pun menyerahkan kamera saya padanya. Kami bersiap di depan bola dunia dan dia bersiap dengan... kamera SLR-nya. Lho lho, kok gak pakai kamera saya.

"Our camera, please." kata kami sambil nunjuk-nunjuk kamera saya.
"This first, then your camera. For free." responnya sambil nunjuk kamera dia.

Yoweslah daripada terlalu banyak drama, kami langsung aja berpose dan click, click, click, selesai.

"Want to see your picture?" doi masih usaha.
"No, thankyou." penolakan lagi dari kami.
"Just see, it's free." paksanya.

Pfttt ya ampun ni orang. Akhirnya kami kabulkan permintaannya. Sebelum dia buka komputernya, kami tegaskan sekali lagi kalo kami cuma mau lihat dan gak mau cetak. Dia pun mengangguk.

Setelah kami lihat 3 foto hasil jepretan dia dan bergerak untuk cari spot foto lain, dia ngomong lagi, "Don't you want to print one of them out?" Yaelaaaah bro..

Ambil foto sendiri dengan bantuan tong sampah dan camera connect app 

***

Setelah puas foto di bola dunia dan beberapa spot foto lain yang ada disana, kita lanjutkan perjalanan menuju Chinatown. Dari Sentosa Island tadi, kita balik lagi ke HarbourFront Station terus ikutin aja satu-satunya jalur yang ada disana (jalur ungu), cuma satu stasiun yang memisahkan HarbourFront dan Chinatown. Tujuan kita disana adalah ke kelenteng yang bentuk bangunannya tu gak kayak kelenteng biasa, tapi lebih kayak yang ada di Cina gitu. Kayak pernah ke Cina aja ya wkwk. Dalam perjalanan kaki ke kelenteng itu, kita juga papasan sama kuil besar gitu dan sepertinya juga sedang ada acara nikahan. Kita cuma lihat dari trotoar aja dan gak banyak ambil foto. Gak jauh dari kuil, nemu deh kelentengnya. Disana kita juga gak masuk, cuma sampai gerbangnya aja buat ambil beberapa foto bangunannya.

Ini bagusnya difoto pakai drone sih

Matahari udah di atas kepala. Kita beranjak balik ke Bugis buat makan siang dan sholat disana. Chinatown adalah stasiun interchange, jadi ada jalur ungu dan jalur biru yang melewati stasiun ini. Saya lupa waktu itu kita ambil jalur yang mana. Kalo ambil yang ungu arah ke Punggol, ganti ke jalur biru di Little India dengan tetap bayar sekali perjalanan. Kalo ambil jalur biru arah ke Bukit Panjang, bisa langsung ke Bugis.

Pilihan tempat makan kita siang itu jatuh ke Kampong Glam Cafe yang letaknya juga kelihatan dari Mesjid Sultan. Disini ada bermacam-macam makanan kayak di Solaria gitu. Yang paling murah harganya 3.5SGD dan pastinya kita selalu pilih makanan yang harganya murah wkwkwk. Untuk makan, harga segitu di Singapura kayaknya udah termasuk murah walaupun kalo dirupiahkan bisa dapat paket komplit dengan teh es dan berbagai cemilan.

Sebelum kita sempat bergerak ke tujuan selanjutnya, hujan pun turun. Jadi kita ngelurusin kaki plus numpang ngecas dulu di Mesjid Sultan. Gak lama, hujan berhenti. Baterai HP udah lumayan keisi walaupun kaki masih belum lurus. Kita sepakat Chijmes jadi tujuan selanjutnya. Kalo yang udah nonton Crazy Rich Asian, pasti familiar dengan tempat ini (walaupun saya sendiri gak nonton). Jadi, bangunan utama di Chijmes ini adalah bangunan berbentuk gereja yang dulunya emang gereja, gak tau deh sekarang masih dipake sebagai gereja atau enggak. Nah, gereja ini dikelilingi cafe-cafe yang dari tampilannya hemmmm untuk golongan kelas atas. Bangunan gereja dan cafe-cafe ini berada dalam satu pagar. Untuk menuju Chijmes, dari Bugis kita ambil jalur hijau arah Joo Koon/Tuas Link dan turun di City Hall. Duduk bentar di MRT, nyampe deh. Kita cuma dapat foto sebentar karena hujan turun lagi dan kali ini deras. Untung ya bawa payung dari Pekanbaru.

Tempat main Crazy Rich Asian, kayak kita wkwk

Kalo cuma pesan air mineral, diusir gak yaa? Wkwk. Ini masih di Chijmes yaa

Demikianlah wisata religi kita di kota multi-etnis ini. Mulai dari mesjid, kuil, kelenteng, gereja, kita ikut menyaksikan keindahan bentuk bangunannya.

***

Menjelang maghrib, kita balik ke Bugis dengan rute MRT yang sama: City Hall - Bugis. Kita singgah dulu ke Bugis Street, pusat belanja oleh-oleh murah di Singapura. Terus kita juga singgah ke Bugis Junction yang ada di seberang buat cari cemilan malam ini dan sarapan besok pagi. Sampai di supermarketnya, pilihan gak jauh-jauh dari cup noodle. Dari banyaknya pilihan mie instan, yang ada label halal dan bacaannya dalam bahasa melayu cuma satu merk : Maggie. Sisanya yaa tulisan Cina ataupun Korea. Dan Maggie juga yang harganya paling murah wkwk, 1.55SGD. Dari situ kita sholat maghrib dan isya di Mesjid Sultan dan makan lagi di Kampong Glam Cafe.

Cerita sebelumnya : Singapura Malam Hari

Minggu, 09 Desember 2018

Singapura Malam Hari

Backpacking kali ini benar-benar terasa berbeda. Pertama, karena perginya ke luar negeri dan cuma berdua. Kedua, gak ada kenalan di negara tujuan, jadi semuanya cari sendiri, usaha sendiri, dan bayar sendiri wkwk. Sebelumnya saya udah pernah ke Singapura tahun 2016, tapi waktu itu bareng Mama dan teman-temannya, balik hari via Batam, dan disananya juga udah ada travel agent yang ngurusin ini itu.

***

Berbekal penghabisan tahun 2018 yang semakin dekat dan jatah cuti kerja yang belum terpakai, waktu itu saya nekat ijin buat liburan ke Singapura & Kuala Lumpur sama Mama. Feelingnya bakal diijinin. Pas diijinin, agak kaget juga ternyata. Dalam waktu 3 minggu, saya dibantu travelmate saya, mempersiapkan semuanya mulai dari flight pulang-pergi, penginapan Singapura & Kuala Lumpur, bus Singapura - Kuala Lumpur, tempat makan, dan segala kebutuhan termasuk fasilitas gratis yang tersedia disana.

1 Desember 2018

Hari-H pun datang. Pesawat yang kami tumpangi terbang jam 2 siang dan mendarat di Changi Airport jam 4 waktu Singapura. Ternyata memang gak salah kalo Changi disebut sebagai bandara terbaik di dunia. Terminal 1-nya aja besaaaaaaarrrrr, segalanya high-tech, spot foto dimana-mana, ada keran air siap minum alias tap water (bisa dicari dekat toilet) dan yang penting akses transportasi ke pusat kota juga gak susah. Buat teman-teman yang landing di terminal 1 dan mau ke pusat kota dengan MRT, caranya gampiill. Berhubung stasiun MRT ada di terminal 2, kalian harus naik Skytrain ke terminal 2. Gratissss. Tinggal cari aja papan penunjuk arah yang ada tulisan Skytrain-nya. Sampai di terminal 2, cari lagi papan penunjuk arah bertuliskan Train to City, ikutin deh. Untuk cara pembayaran transportasinya ada 3 pilihan kartu, dengan EZ-Link, Singapore Tourist Pass, dan Standard Ticket. Waktu itu pilihan kita jatuh ke EZ-Link. Harganya 12SGD, dengan 5SGD harga kartu dan 7SGD saldo.

Kartu EZ-Link kita versi Doraemon

Penginapan kita ada di daerah Bugis namanya The Shophouse Social Hostel. Kita disini gak nginap di kamar pribadi, jadi emang mau gak mau pilih yang dormitory gitu bareng turis-turis lain karena nyesuaiin budget dan yaa biar dapat aja backpacking vibe-nya wkwk alasssaan. Lokasi penginapannya gak jauh dari stasiun MRT Bugis, sekitar 300-400 meter. Kalo dari Mesjid Sultan, paling cuma satu menit. Untuk menuju penginapan, dari stasiun MRT Changi menuju Tanah Merah, ganti kereta ke jalur hijau arah Joo Koon (kalo gak ada pilihan Joo Koon, coba cari pilihan Tuas Link) dan tinggal tunggu deh MRT-nya berhenti di Bugis. Stasiun Bugis adalah salah satu stasiun interchange yang artinya dilewati lebih dari satu jalur (jalur hijau dan jalur biru). By the way, Di dalam stasiun gak perlu bingung menentukan arah dan tujuan ya, karena semua petunjuknya tersedia dan sangat jelas. Untuk ambil exit yang mana juga gak perlu bingung karena di dalam stasiun ada peta yang menunjukkan exit yang ada dan lokasi-lokasi terdekat dari exit tersebut. Kalo masih bingung juga, tinggal tanya petugas deh.

***

Pas nyusun itinerary, saya gak terlalu keukeh pengen kesini atau kesitu. Liburan kali ini pengen yang jalani aja gitu kayak hubungan wkwk. Tapi ada 2 tempat yang emang pengen dan mesti didatangi kali ini, yaitu Marina Barrage dan light show-nya Supertree Grove di Gardens by The Bay. Sedikit info, Marina Barrage adalah waduk di pinggir kota Singapura yang arsitektur bangunannya dibikin kayak tanah lapang dengan rerumputan hijau dan cocok untuk leyeh-leyeh bareng keluarga di sore hari. Dari sini bisa lihat hampir seluruh ikon Singapura mulai dari Marina Bay Hotel, Singapore Flyer, Supertree Grove, dll. Katanya sih waktu terbaik buat kesini adalah sore sampai malam, jadi bisa lihat kota Singapura dari pergantian terang ke gelap. Di dalam rencana saya, kita ke Marina Barrage-nya di sore hari pertama itu. Tapi.... berhubung waktunya mepet karena harus ke penginapan dulu buat check-in dan letak backpack, jadilah kita tunda ke Marina Barrage-nya. Agenda malam itu, kita mulai dengan nonton light show Supertree Grove.

Waktu masih menunjukkan jam 6 sore, sedangkan maghrib disini jam 7 jadi kita isi dulu kekosongan perut ini dengan makan (menjelang) malam. Beberapa tempat makan halal sudah saya list sebelum berangkat, dan sore itu kita makan di Zam-zam Singapore yang ada di seberang Mesjid Sultan. Spesialisasinya Nasi Briyani dan Murtabak (ayam, daging sapi, domba, dan rusa). Kita pun pesan makanan sesuai spesialisasinya.

Maghrib menjelang. Kita sholat dulu di mesjid seberang. Oh ya, di Mesjid Sultan ini juga ada tap water lho jadi bisa berhemat air mineral yang kalo beli itu bisa 1 SGD lebih buat botol kecil. Lokasinya ada di dalam mesjid dan ada juga di dekat toilet. Selama perjalanan kita di Singapura, kita gak pernah beli air mineral botolan dan cuma ngandalin tap water di Mesjid Sultan ini wkwk memang ya mental gratisan.

Selesai sholat...

"Tia, HP aku gak ada!" seruan dari sebelah ngagetin aku yang sedang doa setelah sholat.
"Seriuslah. Di tas gak ada?" aku berusaha bertanya dengan nada tenang.
"Gak ada." jawabnya panik sambil masih bongkar-bongkar tas dan ngecek kantong celana.
"Coba cek ke toilet dulu." aku usul.

Si teman pun segera berlari ke toilet tempat wudhu tadi. Saya nunggu sambil harap-harap cemas dan udah gak fokus lagi nyambung doa yang belum selesai. Gak lama kemudian, dia kembali.

"Ada?" tanya saya gak sabaran.
"Ada. Tergeletak di lantai kamar mandi tempat aku buang air kecil tadi." jawabnya.

Dan saya pun menarik napas panjang. Syukurlah.

Kita sama-sama takjub HP itu gak ada yang ambil di toilet mesjid yang rame dalam rentang waktu yang cukup lama. Memang masih rejekinya teman saya ya.

*** 

Selesai sholat, kita siap berangkat ke Gardens by The Bay. Dari stasiun MRT Bugis, kita ambil MRT jalur biru ke arah Sungai Bedok dan turun di stasiun Bayfront, stasiun yang paling dekat dengan Gardens by The Bay.

Sesampainya di Gardens by The Bay, jeng..jeng.. ternyata lagi ada Christmas Festival yang diadain di bagian Supertree-nya itu, dan untuk masuk kesitu kita harus bayar. Ini bayarnya karena ada festival aja ya, biasanya gratis tis tis. Alhasil, malam itu kita nonton light show-nya dari sudut lain yang gak bisa kelihatan full Supertree-nya. Gapapa deh karena light show-nya masih tetap terlihat keren. Banget.

Volume audionya dinaikin dulu sebelum play

Light show berakhir. Kita bergerak menuju kawasan The Shoppes/ArtScience Museum yang ada danaunya itu. Untuk menuju kesana, kita gak perlu naik MRT lagi, karena ada jembatan penghubung dari Gardens by The Bay ke The Shoppes. Keluar dari The Shoppes, langsung kelihatan deh ArtScience Museum dan Marina Bay Hotel versi tampak depan. Ketika pintu The Shoppes Mall terbuka dan kita turun ke pinggiran danau....... 

Saya bukan tipe yang pintar mendeskripsikan sesuatu, jadi saya langsung kasih gambarnya aja ya.

Ngacung yang gak mau berlama-lama disini

Jam 9 malam, setelah dipaksa berpuas diri dengan healing moment di kawasan itu, kita bingung nih nentuin destinasi selanjutnya. Mau ke Merlion yang ada di seberang takut gak keburu MRT terakhir karena lumayan jauh kalo jalan kaki soalnya ngelilingin danau. Akhirnya kita putuskan untuk balik ke penginapan. Pas kita ngarah ke The Shoppes untuk menuju stasiun MRT, tak disangka-sangka sedang ada pertunjukan dancing water di danau plus pertunjukan gambar-gambar bergerak gitu di dinding gedung ArtScience Museum (gak tau nama pertunjukannya dan bingung juga menamainya).

Wow!
MasyaAllah.
Kamera ON!

Biasanya kalo ngerekam, fokus mata pasti ke layar handphone. Kali ini gak bisa. Saya harus menyaksikan momen bersejarah ini dengan mata kepala sendiri. Teman-teman, kalo kalian berkunjung ke Singapura malam hari, datanglah kesini dan nontonlah dancing water. Saya gak tau ini ada tiap hari atau enggak (boleh googling) tapi ini bener-bener worth to watch. Saya personally hampir nangis terharu karena dikasih kesempatan lihat. Padahal gak tau kalo bakal ada pertunjukan itu malam itu dan memang gak ada rencana buat lihat dancing water. Singapura malam hari way too much on different level.

Dancing water 1

Dancing water 2, bingung milihnya karena semua keren

Ini gambar-gambar bergerak yang ada di dinding ArtScience Museum itu

Setelah air-air berbakat itu selesai menari, kita pun kembali ke penginapan. Sama dengan MRT pas pergi tadi, pulangnya juga ambil jalur biru tapi kali ini arah ke Bukit Panjang.

***

Hari kedua di kota mermaid berkepala singa...

Senin, 01 Januari 2018

Replay 2017

Di saat orang-orang menantikan pergantian tahun baru, mengevaluasi tahun sebelumnya, dan pasang target-target baru buat setahun ke depan, and then here I am, gak ada yang spesial. Let it flow aja semuanya. Biar gak flat-flat amat, mari kita putar waktu sejeak ke belakang, buat mengenang apa yang udah dilewati. Cie.

Selesainya aku magang di salah satu kantor migas di November 2016 akhir, bulan Januari-nya aku kerja di suatu bisnis fotografi sebagai Marketing - yang namanya tiiiiit. Entah apa yang bikin aku pada akhirnya apply disana dan akhirnya keterima karena sejujurnya aku bukan tipe target oriented yang seharusnya jadi prinsipnya seorang marketer. Dengan jadwal kerja yang agak beda dari orang kebanyakan, bikin aku susah buat berkegiatan yang lain : 6 hari kerja dengan hari libur selain weekend. Selain karena permintaan Papa buat aku coba apply di tempat lain, dorongan-dorongan tadi bikin aku gak bertahan lama disini, kurang lebih 3,5 bulan aja. Tapi, Allah selalu kasi hikmah di balik susahnya hati kita. Karena lingkungan disinilah, terbentuk aku yang seperti "sekarang".

Mei
Aku dipekerjakan oleh salah satu perusahaan di Pekanbaru. Entah itu perusahaan apa, sampai sekarang aku gak bisa jelasinnya. Ibarat bikin adonan kue dalam satu wadah, nah tangan yang ngadon itu ada 10, kayak gitulah keadaannya sekarang. Jadi kalo orang nanya perusahaan apa, aku cuma bilang kontraktor wkwkwk. Hari ini pas 8 bulan aku kerja disana. Gimana? Betah? Yhaa gimana ya. Kalo diceritain ntar bahaya, malah jadi isu SARA wkwk. Intinya ya gitulah. Seandainya ada kemungkinan dan terbuka jalan untuk mengundurkan diri, then I will. Untuk sementara, betah-betahin dulu sampai 1 tahun, mayanlah buat nambah-nambah CV wkwkwk.

Enggak ada liburan ya, Mek? Wkwk kasian.
.
.
Iyanih, liburan cuma sekali-sekali aja gak kayak di tahun 2016.

Maret sempat singgah ke Jakarta dua hari aja karena Fanni nikah. Iya, Fanni udah jadi bini orang. Selamat ya, Fan! Terus Mei juga mampir beberapa jam di Tanjung Alai (atau sekarang udah pindah angle foto di Ulu Kasok) yang orang bilang Raja Ampatnya Riau. Resmi lah jadi anaq gawl Riau kalo udah foto pake background danau PLTA itu wkwk. Libur lebaran? Yhaa seperti biasa, pulang kampung yang dipaksakan wkwk. Drama pengen pulang kampung bareng Cici pakai travel berakir tragis karena travelnya full atau karena abang-abang travel gak mau angkat telepon. Akhirnya muncullah Papa sebagai hero yang mungkin kasian lihat aku dan langsung ajak pergi pakai mobil aja sekalian sama Mama dan Sister juga. Plus jemput Dina di Bukittinggi biar bisa liburan bareng. 

Refreshing terakhir di tahun ini dan masih fresh banget karena baru terjadi minggu kemarin. Sejujurnya, ini juga liburan yang dipaksakan. Sekitar November akhir gitu tiba-tiba dirasuki keinginan buat liburan. Cek-cek harga tiket ke beberapa daerah, nimbang-nimbang kemungkinan di daerah mana yang bisa dijadiin tempat liburan, yang ada temannya, yang bisa ditebengin rumahnya wkwk. Akhirnya terpilihlah Bandung (via Jakarta). Langsung kabarin Cici, ajakin ke Bandung, plus ijin nebeng tidur semalam di kosannya di Depok sebelum caw ke Bandung wkwk. Duh Mek, udah rapi banget rencananya ya. Udah ajuin proposal ke Bapak Negara belum? Nah ini dia, waktu mau ngomong itu ragunya Subhanallah. Akhirnya berani-beraniin dan melucurlah kalimat "Pa, libur natal besok Tia ke Jakarta ya". Jawaban Papa bikin shock seketika "Pergilah". Ya Allah makasi Ya Allah.

Terus dibelilah tiket menuju Jakarta tanggal 23 Desember, jangan tanya harganya. Rasanya cuma pengen banting HP. Tapi karena keinginan yang udah meledak-ledak, diikhlaskanlah sekian rupiah itu. Setelah dipikir-pikir, kenapa gak ambil flight ke Bandung aja ya dan ter-list-lah tiga alasan.
1. Kali aja lebih murah kalo ke Jakarta dulu terus ke Bandung pakai Kereta. Setelah ditotal-total hasilnya sama aja kalo ke Bandung langsung. Oke, coret. Ganti ke alasan nomor 2.
2. Biar barengan pergi ke Bandung-nya sama Cici tanggal 24 Desember pagi. Dan pada akhirnya, Cici harus ambil kereta malam karena paginya dia masih ada ujian semester. Tersisalah alasan terakhir.
3. Ketemu Mas Adam, teman jaman KPN yang gak pernah ketemu lagi abis KPN. Oke, ada alasan hahaha.

Sampai di bandara di jemput Mas Adam pakai Damri terus ambil motor ke kosannya dan diantarin ke Depok. Ya Allah, ku tak sanggup hidup di Jakarta, umurku habis di macet. Temu Cici main-main ke UI bentar, cuci-cuci mata wkwk. Besok paginya berangkat ke Bandung dan dijemput Tari di stasiun. Siang itu cuma main-main di daerah kota aja. Ke rooftop PVJ yang ada kebun bunga mataharinya, terus ke alun-alun dan makan malam di Braga. Kondisi alun-alun saat itu adalah... berkali-kali lipat ramenya dibanding Jam Gadang pas libur lebaran atau libur tahun baru.

Oke, pindah ke hari kedua, dimana Cici udah bisa ikutan main karena dia udah sampai di Bandung. Rencana hari kedua adalah ke Grafika Cikole-Floating Market-Farm House di daerah Lembang. Berhubung lokasinya satu arah, jadi bisa lah dituntaskan dalam sehari. Tapi rencana hanya tinggal rencana, macetnya Lembang bikin pengen berkata kasar. Niat awal yang pengen ke Grafika Cikole dulu yang lokasinya paling jauh dari Kota Bandung, dimundurkan ke Floating Market mengingat kondisi lalu lintas kayak gitu. Ditunggu-tunggu, mobil gak jalan-jalan juga, akhirnya destinasi mundur lagi ke Farm House. Sampai di Farm House, meledaklah sudah lihat kondisi disana hahahaha. Rame abieeezzzzzz. Kita sudahi saja petualangan di Farm House ini. Gak mau mengulang kesalahan yang sama dengan naik gocar, balik ke kotanya kami pilih naik gojek aja masing-masing dengan tujuan Chingu Cafe, cafe ala-ala Korea. Malam pun tiba, satu hari bersenang-senang telah berlalu.

Berhubung masih ingin memuaskan hasrat buat ke Grafika Cikole dan Floating Market, kita memutuskan sewa motor aja buat perjalanan di hari terakhir liburan aku, 26 Desember. Berhubung Tari ada kerjaan lain, jadilah kita sewa satu motor aja buat aku dan Cici. Akhirnya kesampaianlah maksud hati buat main di Grafika Cikole dan Floating Market. Balik dari sana, kita sempatin lagi ke Chingu Cafe buat cobain baju tradisional Korea alias hanbok. Sebelumnya gak sempat cobain karena hari udah keburu malam, gak bagus buat foto-foto wkwk. Malam pun menjelang. Tibalah saatnya kita berpisah, aku harus balik ke Pekanbaru dengan berat hati karena besoknya harus masuk kerja lagi. See you again, Bandung!

 Video ala-ala
.
.
.
Btw, ini lebih dari setengah postingan ceritanya tentang liburan kemarin. Jadi maksa bgt ya judulnya Replay 2017 wkwk. Cuek ajalah wkwk.