Minggu, 22 Desember 2019

Autumn in Korea - Day 2 : Naejangsan, Korea's Maple Leaves Paradise

Sejujurnya saya gak pernah nyangka bucket list saya yg satu ini bisa terealisasi. Menyaksikan daun-daun berubah warna sudah menjadi impian saya sejak dulu. Lalu kenapa harus di Korea? Tidak lain dan tidak bukan adalah pengaruh serial dramanya. Bukan karena Oppa-nya yang berwajah bening yang kebanyakan dituduh operasi plastik ataupun karena romantic-menye-menye-vibe-nya. Tapi yaa karena kalo di serial, emang negaranya terlihat bagus dan modern wkwk.

***

4 November 2019

Tujuan wisata hari kedua adalah Naejangsan National Park alias Taman Nasional Gunung Naejang. Kata orang, tempat ini adalah salah satu autumn must visit place, Korea's maple leaves paradise. Lokasinya ada di perbatasan Jeollanam-do (Provinsi Jeolla Selatan) dan Jeollabuk-do (Provinsi Jeolla Utara) yang jaraknya bisa ditempuh sekitar 3 jam dari kota Seoul menggunakan bus. Selain bus, ada pilihan kereta cepat KTX dengan waktu tempuh 1,5 jam tapi biayanya tergolong mahal. Untuk mempermudah, saya dan suami mengambil paket one day tour dari aplikasi Klook. Lumayan menguras budget sih, tapi masih jauh lebih murah dibanding naik KTX.

Jam 6.30 pagi, peserta tur sudah harus berkumpul di meeting point yang dipilih. Bus sudah menunggu di depan exit 2 stasiun Myeongdong. Dipandu oleh guide bernama Diana, bus bergerak meninggalkan Seoul sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan. Beberapa jam kemudian, bus mendekati kawasan Naejangsan. Dari sini, di dua sisi bahu jalan, sudah terlihat deretan pohon maple mulai dari yang masih hijau sampai yang sudah memerah. Rasa excitement saya mulai meluap melihat pohon representasi musim gugur ini.

Kiri kanan kulihat saja, banyak pohon maple~

Sebelum melewati gerbang tiket masuk Naejangsan, Diana mengajak peserta tur untuk makan terlebih dahulu di rumah makan yang menjamur di kaki gunung. Tentunya saya dan suami tidak bisa ikut. Kami memilih untuk autumn sightseeing saja di sekitar situ sambil menunggu rombongan selesai makan.

Baru pinggir jalan aja pohon maple-nya udah cantik gini


Sekitar 30 menit kemudian, saya dan suami bergabung dengan rombongan untuk melanjutkan perjalanan. Dari rumah makan tadi, cukup jalan kaki saja untuk mencapai gerbang tiket Naejangsan National Park. Setelah mendapat tiket, kami diarahkan untuk naik shuttle bus sampai ke assembly point selanjutnya. Sesampainya di assembly point ini lah semua peserta tur boleh menyebar untuk menikmati fall foliage-nya Naejangsan, dengan syarat jam 2 siang harus sudah berkumpul kembali di rumah makan tempat rombongan makan tadi.

Rombongan tur Diana-ssi bergabung dengan rombongan lainnya di assembly point Naejangsan

Infonya, autumn tahun ini datang terlambat. Biasanya di tanggal-tanggal segini, musim gugur di Naejangsan sedang puncak-puncaknya tapi waktu itu pepohonan maple disana belum sempurna memerah semua. Walaupun begitu, tetap tidak mengurangi hawa romantis musim gugur. Wisatawan dengan budget berlebih bisa mencoba naik cable car ke puncak gunung. Pemandangan indah autumn tentunya akan lebih kelihatan secara menyeluruh dari atas cable car.

Completely red! Aslinya berkali-kali lipat lebih bagus dari hasil foto yang tak seberapa ini

The most favorite season in bucket-listed country with a companion titled husband : Triple combo!

Selain pepohonan, di Naejangsan juga ada kuil

Spot foto wajib Naejangsan, Uhwajeong Pavilion

Ginkgo tree gak mau kalah eksis

Salah satu view populer di Naejangsan adalah maple tree tunnel-nya. Sebenarnya ketika menuju assembly point tadi, kami sudah melewati tree tunnel ini. Tapi berhubung kami diangkut oleh shuttle bus, jadi tidak bisa benar-benar menikmati pemandangannya. Kesempatan merasakan jalan kaki di tree tunnel ini kami dapatkan ketika akan kembali ke meeting point awal. Dari yang biasanya paling malas jalan kaki di Indo, disini jadi nagih jalan kaki terus. Mau ambil foto sebanyak apa juga rasanya gak puas.

Segelintir video tree tunnel yang saya dapat. Kalo fotonya pas lagi peak autumn bisa langsung cek Google aja ya hehehe

Sekitar jam 2, rombongan sudah menyatu kembali dan bersiap untuk meninggalkan semua keindahan di Naejangsan ini. Sampai waktu asar hampir habis, kami belum juga sampai di Seoul. Sebagai informasi, waktu siang musim gugur disini sangat singkat. Dimulai dengan matahari terbit jam 6.30 bahkan lebih dan ditutup dengan waku maghrib jam 17.30. Jadi agenda siang hari memang harus disusun sebaik mungkin agar gak ada waktu yang terbuang. Oh ya, apa ada yang penasaran dengan sholat zuhur dan ashar kami hari itu? Berhubung bilang ke driver-nya, "Pak, nanti mampir bentar ya di mesjid depan." adalah sesuatu yang tidak mugkin, akhirnya kami sholat di kursi masing-masing di bus.

***

Pak driver menurunkan kami di tempat pertama kali diangkut-ketika hari sudah gelap. Sebelum kembali ke penginapan, saya dan suami mampir dulu di Daiso. Iya, temannya Miniso dan Usupso wkwk. Setelah puas explore Daiso yang gak tanggung-tanggung ada 11 lantai, kami kembali ke penginapan. Tidak lupa membeli nasi instan karena belum ada makan dari pagi.

Kalo gak mikir mesti masak, ibuk-ibuk bisa nginap disini kayaknya wkwk

Kenikmatan hakiki di dinginnya udara kota Seoul : Nasi putih hangat pakai rendang suwir plus kering ubi dan sambal ijo teri

***

Hari kedua di Korea berlalu dengan sangat cepat. Bagaimana dengan hari ketiga?
.
.
.
Cerita sebelumnya : Autumn in Korea - Day 1 : Haneul Park & Myeongdong Street

Kamis, 19 Desember 2019

Autumn in Korea - Day 1 : Haneul Park & Myeongdong Street

Setelah rentetan drama yang terjadi di Kuala Lumpur-mulai dari tripod kamera yang terbawa penumpang lain, lensa kamera yang tercecer, sampai nyaris ketinggalan flight ke Korea-akhirnya saya dan suami bisa duduk dan bernapas lega di dalam pesawat yang sedang mengangkut kami menuju negeri ginseng itu. Kurang lebih 6,5 jam kemudian, cahaya lampu bandara Incheon mulai menyapa. Kami akhirnya tiba di tujuan tepat tengah malam. Setelah urusan keimigrasian selesai, kami langsung ke supermarket terdekat untuk membeli T-Money, kartu wajib untuk memudahkan pembayaran transportasi selama di Korea.

Seoul-i, annyeong!

***

3 November 2019

Malam pertama di Korea ini akan kami habiskan di bandara dengan dua alasan; 1) Nanggung kalo check-in penginapan; 2) Kereta terakhir ke kota udah jauh berlalu. Sebenarnya ada banyak pilihan transportasi menuju pusat kota Seoul termasuk bus yang sampai tengah malam pun masih beroperasi. Tapi sebagai turis, tentunya saya dan suami ingin mencoba kereta bawah tanahnya. Keesokan paginya, setelah perjuangan mencari spot tersembunyi untuk sholat subuh-karena emang gak ada prayer room di public area bandara ataupun di stasiun bandara, kami berangkat menuju penginapan di daerah Myeongdong dengan kereta pertama. Ada dua jenis kereta yang provide perjalanan dari bandara ke Seoul dan sebaliknya : AREX (Airport Railroad Express) Express Train dan AREX All-Stop Train. Dari namanya aja udah ketebak ya mana yang lebih cepat wkwk. Yang Express Train itu bakal jalan terus tanpa henti sampai di tujuan akhir yaitu Seoul Station. Sedangkan All-Stop Train berhenti di tiap stasiun yang dilalui. Selain perjalanan yang lebih cepat, naik Express Train gak perlu khawatir gak kebagian kursi karena pas beli tiket, nomor kursinya langsung ditentukan, berbeda dengan All-Stop Train yang prinsipnya siapa cepat dia dapat. Tapi bagi yang ingin menekan biaya perjalanan, tentunya akan memilih All-Stop Train seharga KRW4.250. Untuk tiket Express Train sendiri bisa dibeli on the spot di konter AREX seharga KRW8.000 atau bisa beli jauh hari sebelumnya melalui aplikasi seperti Klook, Trazy, Kkday, dsb, yang tentunya akan jauh lebih murah. Tapi kalo sudah punya T-Money sih bisa langsung tap saja di mesin tap.


Feel like Korean ehehehe

Sesampainya di Seoul Station, kami menyambung perjalanan menuju Heohyeon Station, stasiun terdekat dari penginapan kami, New Sun Guesthouse. Niatnya, kami hanya mau titip koper berhubung belum masuk waktu check-in. Tapi, di meja resepsionis yang gak ada resepsionisnya, kami lihat papan pengumuman bertuliskan "Self Check-in" dan satu kunci kamar. Dengan faktor badan yang belum ada istirahat proper dan udara yang dingin-sekitar 7 derajat, kami memutuskan untuk mengambil kunci tersebut dan masuk kamar. Ternyata kamarnya masih sangat berantakan, masih banyak jejak peninggalan tamu sebelumnya, Ya iyalah, kami masuk terlalu pagi hehe. Tapi tanpa memikirkan itu lagi, kami tetap lanjutin buat istirahat.

Sekitar jam 10-an, telfon kamar berbunyi.

"Waktu check-out kamu jam 12 siang ini ya." kata seorang lelaki yang bisa jadi adalah resepsionis penginapan.

Wah, sepertinya dia kira yang di kamar ini masih tamu sebelumnya, pikir saya.

"Maaf, sepertinya tamu sebelumnya sudah check-out. Saya tamu baru yang check-in hari ini." jawab saya.

Dan... dimulailah interogasi panjang yang intinya menanyakan kenapa saya masuk ke kamar yang belum dibersihkan. Saya ya membela diri dengan alasan adanya papan pengumuman self check-in tadi walaupun pada akhirnya tetap minta maaf karena memang saya salah. Akhirnya dia minta saya dan suami untuk meninggalkan kamar dulu agar kamarnya bisa dibersihkan. Kami pun bergegas mandi dan memulai petualangan di tanah kelahiran para Oppa SUJU ini.

***

Dalam itinerary yang saya buat, jadwal hari ini ada banyak pilihan. Mulai dari Haneul Park, Ewha Woman University, N Seoul Tower, Yeouido Hangang Park, sampai K-Pop Tour ke K-Star Road dan BTS Pop Up Store. Banyak juga ya hehe, intinya sih mana yang sempat saja. Yang penting tempat-tempat wisata untuk first time traveler seperti kami ini bisa terpenuhi. Kami putuskan untuk ke Haneul Park dulu. Untuk menuju Haneul Park, dari stasiun mana saja turun di stasiun World Cup Stadium. Nah, disitu udah ada peta kawasan sekitar stadion termasuk Haneul Park, jadi tinggal ikutin arah yang ditunjukkan di peta.

Haneul Park ini terletak di atas-semacam-bukit. Jadi untuk sampai ke sana, harus menaiki ratusan anak tangga. Tapi jangan khawatir. Bagi yang sekiranya gak sanggup jalan kaki, bisa naik shuttle bus dari kaki bukit, tentunya dikenakan biaya ya. Pilihan kami? So pasti jalan kaki wkwk. Perjalanan melelahkan mendaki bukit terbayar dengan pemandangan indah hamparan permadani yang sangat luas berwarna abu muda. Selain silver grass ini sebagai main star-nya, disini juga ada red kochia field yang sudah hampir sempurna menyoklat karena memang puncak merahnya adalah akhir Oktober.



Silver Grass Field di Haneul Park



 Seoul City View from Haneul Park

Setelah dipuasi-puasin hunting foto sampai sore, kami bergegas kembali ke penginapan agar bisa jamak sholat zuhur dan ashar. Istirahat sebentar menunggu waktu maghrib lalu dilanjutkan kembali dengan explore Seoul, yang walking distance saja : Myeongdong Street-jalanan yang terkenal dengan toko kosmetik dan street food-nya. Dari penginapan ke Myeongdong Street cuma butuh waktu 5 menit.  Eh tapi... setelah dipikir-pikir, dalam 24 jam terakhir kami belum ada makan proper, cuma roti-rotian aja. Akhirnya kami sempatin makan dulu di Kampungku Resto, salah satu tempat makan halal di daerah Myeongdong yang saya tau. Menu Korea pertama jatuh kepada dua makanan yang selalu bikin ngiler di siaran TV Korea, ramyeon dan ayam goreeeng.

Ini diaaa~

***

Untuk wanita-wanita penggemar skincare, sediakan waktu yang banyak ya kalo berkunjung ke Myeongdong Street karena beberapa jam gak bakal cukup untuk menjelajahi tiap-tiap gangnya. Belum lagi deretan street food-nya yang sungguh menggoyah iman. Tapi karena tidak semua berlabel halal atau kalaupun ada tapi self-claim, saya dan suami memilih untuk gak icip meskipun berat wkwk. Toko favorit saya dan suami di Myeongdong Street adalah Line Store dan Artbox. Maskot dan segala printilan yang super cute yang dijual oleh dua toko stationary ini berhasil memanjakan mata kami. Saya yakin sih mayoritas wanita juga pasti bakal gemes kalo masuk dua toko ini.

Spot foto wajib Line Store Myeongdong, Brownie  raksasa bersama si Curut

Kalo ini maskotnya Artbox

Interior tokonya menggemaskan sekaliii

***

Jarum jam terus bergerak ke arah kanan, mengingatkan kami untuk segera pulang. Esok hari, jadwal akan lebih padat dan tentunya perjalanan akan lebih panjang.

Sekian. Sampai jumpa di postingan selanjutnya! 

Kamis, 29 Agustus 2019

Haji Kecil - Part I

Dalam waktu singkat, bucket list teratas saya berubah dari Korea Selatan jadi Saudi Arabia. Penyebabnya adalah penemuan grup Whatsapp UBP alias Umroh Backpacker Pekanbaru di semester kedua tahun 2017. Bayangan tentang umroh minim budget dan keseruan perjalanan ala backpacker memantapkan hati saya untuk segera menginjakkan kaki di kota Mekkah. Keberangkatan pertama grup UBP adalah pada awal tahun 2018. Waktu itu saya belum bisa ikut karena dana belum mencukupi. Di pertengahan 2019, muncul obrolan untuk membentuk grup kedua dengan keberangkatan akhir tahun. Kegembiraan saya tidak bisa ditutupi, saya sangat bersemangat waktu itu dikarenakan dana sudah mencukupi. Tapi sayang, obrolan itu menguap begitu saja.

Kekecewaan saya berubah kembali menjadi harap ketika awal tahun 2019 seorang lelaki, sebut saja Bang Roki, menghebohkan grup Whatsapp dengan kiriman gambar harga tiket Kuala Lumpur - Jeddah - Jakarta untuk keberangkatan tanggal 4 April 2019 seharga 5,7 juta dengan maskapai Srilankan. Normalnya, flight ke Saudi PP kisaran 8 juta ke atas dengan maskapai Saudia atau sekelasnya. Tanpa pikir panjang, sang inisiator grup UBP Pekanbaru, Kak Mike, langsung mendata warga grup yang tertarik bergabung dengan Bang Roki yang udah issued tiket lebih dulu. Dan terkumpullah 8 orang calon jemaah yang akan berangkat.
1. Saya, Alhamdulillah
2. Mama saya
3. Emil, adik perempuan saya
4. Mama Kak Anggi
5. Papa Kak Anggi
6. Bang Roki
7. Mama Bang Roki
8. Bang Syairi

Ketika mau issued tiket, flight promo tanggal 4 April seharga 5,7 juta itu sudah tidak terdeteksi lagi. Untuk menyiasatinya, saya, mama, Emil, mama dan papa Kak Anggi ambil jadwal sehari lebih awal dari Bang Roki, tanggal 3 April 2019 dengan harga tiket yang masih di kisaran angka 5. Oke, tiket done! Tentunya ditambah tiket Pekanbaru - Kuala Lumpur dan Jakarta - Pekanbaru ya.

Terus nanti disana nginap dimana? Makannya? Transportasi disana? Yang bimbing umroh? Dan sejuta pertanyaan lainnya dibalik judul "Umroh Backpacker" ini. Saya pun baru tau setelah bergabung di grup UBP Pekanbaru kalo ada yang namanya LA alias Land Arrangement. Kalo kata Mbah Gugel, LA adalah proses pengurusan segala keperluan perjalanan haji/umroh selama berada di tanah suci. Intinya, kita semacam ambil paket perjalanan umrohnya setelah tiba di Saudi yang otomatis exclude tiket pesawat. Jadi sebenarnya kita gak full backpaker-an, di Saudi tetap ada yang ngurusin. Insya Allah gak akan terlantar seperti yang ditakutkan oleh kebanyakan orang.

Long story short, semua persiapan rampung. Tanggal 2 April, kami berlima siap terbang ke Kuala Lumpur. Sebagai satu-satunya yang tergabung dalam grup Whatsapp UBP (ya iya, yang berangkat bareng saya kan orang tua semua kecuali adik saya wkwk), mau gak mau saya harus jadi penanggung jawab grup kecil itu selama perjalanan pergi dan pulang. Modal saya saat itu hanya info dan tips dari Kak Mike.

Kami menginap di KL satu malam dan kondisi disana aman terkendali. Tanggal 3 April kami memulai perjalanan, transit di Colombo - Srilanka selama 4 jam, dan mendarat di Jeddah jam 18:10 waktu setempat. Flight kami ke Madinah terjadwal jam 1:35 dini hari di tanggal 4 April. Waktu itu sengaja cari flight yang jarak waktunya agak jauh untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Tanpa kegiatan apapun, kami menunggu flight selanjutnya di arrival hall. Gak berapa lama, datanglah dua lelaki Arab dengan setelan jas rapi menghampiri kami. Si Abang A langsung ajak saya ngomong pakai Bahasa Arab yang jelas-jelas tidak saya mengerti dengan raut muka yang cemas-cemas gak jelas. Waduh, ada apa ini, pikir saya. Si Abang B pun menengahi dan berhasil mengkomunikasikan tujuan mereka menghampiri kami, tentunya bukan dengan Bahasa Arab wkwk.

Awalnya mereka tanya kami mau kemana. Saya jawab mau ke Madinah. Mereka bilang kalo ke Madinah terbangnya bukan dari sini tapi dari south airport. Waduh, zonk wkwk. Infonya berbeda dari info yang saya dapat sebelum berangkat ke Saudi. Saya langsung tanya gimana cara kesana. Saran mereka adalah dengan taksi. Memang mahal tapi gak pakai lama nunggu kayak kalo pakai bus. Saya pun mikir untuk beberapa saat. Tiba-tiba Si Abang B nawarin mau ngantar tanpa biaya apapun dong. Waw apa lagi ini wkwk. Akhirnya emak saya bilang pakai taksi aja. Lalu, dicariin dan diantarkanlah kami sampai ke taksi oleh Si Abang B. Syukron Abang B. 

Sebenarnya, perbincangan saya dengan dua abang brewokan ini tidaklah sesimpel itu. Mulai dari minta tunjukin visa, e-ticket ke Madinah, sampai minta ditelfonin penanggung jawab LA saya yang ada di Madinah karena mereka mau bicara. Belum lagi mereka ngomongnya mutar-mutar dan ngulang-ngulang. Padahal tinggal bilang, "Mbak, flight ke Madinah melalui south airport ya. Transportasi kesana bisa dengan taksi atau bus, nanti bisa kita bantu carikan". Selesai. Ya gak ya gak?

Tidak terlalu lama, sampailah kami di King Abdul Aziz International Airport S. Sambil nunggu konter check-in yang bukanya pasti masih lama, kami sholat dan makan dulu. Entah berapa jam setelah itu, konter pun buka, kami segera check-in dan ambil posisi terbaik di ruang tunggu bandara. Sebenarnya mata udah kriyep-kriyep. Selain memang udah malam juga, di Indonesia itu udah memasuki waktu nyenyak-nyenyaknya tidur. Tapi sebisa mungkin saya tahan karena takut ketinggalan pesawat. Para orang tua sudah bergantian tidur.

Suara petugas dibalik speaker memanggil penumpang mengakhiri penantian kami. Waktu keberangkatan tiba. Gak perlu nunggu lama setelah boarding, mata saya menyerah. Saya tertidur sampai pesawat mendarat di Madinah tanpa pakai safety belt. Jam menunjukkan angka 2:30. "Tugas" pertama saya selesai wkwk. Jemputan sudah menunggu. Kami diantar ke penginapan dan diberi waktu bersih-bersih untuk kemudian berangkat ke Masjid Nabawi melaksanakan sholat subuh.

***

Kira-kira akan seperti apa pengalaman perjalanan religi di kota ini? Mari kita tunggu kemunculan "Part II" dari sesi cerita Haji Kecil. Semoga Part II gak berakhir wacana wkwk. Seeyaw.


Senin, 04 Februari 2019

Drama Kuala Lumpur

4 Desember 2018

Drama 1

Pagi pertama di Kuala Lumpur kita bangunnya kesiangan, mungkin karena nyampe sana udah tengah malam. Kita langsung bergegas buat siap-siap untuk memulai eksplorasi hari ini. Tapi, belum juga kaki melangkah keluar kamar, drama pertama muncul. Baju saya yang mau dipakai hari ini, yang baru dibeli dan belum sempat dipakai sama sekali, bolong di bagian lengan waktu nyetrika. Pembuka hari yang luar biasa ya. Gak perlu dibayangin itu badmood-nya gimana. Mana saya gak bawa baju lebih. Akhirnya saya pakai baju yang rencana dipakai untuk besok. *info penting*

Drama 2

Setelah hampir ngabisin jatah roti yang disediain penginapan, kita langsung berangkat tanpa tau tujuan awal harus kemana. Sambil mencari jalan raya, akhirnya teman saya saran buat ke KL Tower yang tanpa sengaja kelihatan puncaknya dari tempat kita jalan. Sejujurnya KL Tower gak masuk dalam list perjalanan saya karena sepertinya emang gak ada yang bisa dilihat disana kecuali mau keluar budget lebih buat lihat pemandangan kota KL dari puncak menara. Tapi yaudah, kali itu saya ngikut.

Ternyata yang kelihatan itu belum tentu dekat. Kita harus naik ke puncak bukit buat sampai ke lokasi menaranya. Di gerbang masuk menara yang ada di bawah bukit, ada halte dengan papan bertuliskan shuttle bus. Tapi kita lihat gak ada bus yang naik ke atas bukit ataupun yg turun. Mobil pribadi pun gak banyak yang melintas. Terus kita lihat ada orang jalan kaki ke puncak bukit. Akhirnya biar gak buang-buang waktu buat mikir gimana caranya ke atas, saya langsung mutusin buat jalan kaki. Semakin menanjaknya bukit, semakin jatuhlah mood saya, mengingat tadi pagi udah dapat kejutan pas nyetrika.

Sampailah kita di KL Tower lantai satu dengan bermandikan keringat. Basa-basi nanya harga buat ke puncak tower yang saya udah tau harganya bakal di luar budget. Akhirnya saya cuma moto-motoin teman saya di parkiran dengan background KL Tower. Lalu, bagaimana turun bukitnya? Iya, jalan kaki lagi :)

***

Di KL ada bus gratis yang namanya GOKL. Fasilitas ini tersedia 4 jalur (hijau, biru, ungu, merah) dengan rute loop tertutup. Jadi kalo lokasi tujuan kita udah kelewatan dari halte tempat kita menunggu, kita harus ikut bus mutarin loop-nya sampai ke lokasi tujuan kita. 

Agenda kita selanjutnya adalah ke Dataran Merdeka. Lokasi ini bisa dicapai menggunakan GOKL. Gak ragu gak bimbang, kita langsung ambil kesempatan pakai fasilitas gratis ini. Halte KL Tower ini dilalui jalur ungu, sedangkan Dataran Merdeka ada di jalur merah. Jalur ungu dan merah gak ada halte interchange-nya, jadi harus pindah ke jalur biru dulu baru ke jalur merah.

Di kawasan Dataran Merdeka ada beberapa tempat wisata. Pertama, Datatan Merdeka-nya sendiri, yang juga lokasi Kuala Lumpur City Gallery. Kedua, ada Sultan Abdul Samad Building yang posisinya tepat di seberang Dataran Merdeka. Ketiga, Mesjid Jamek yang letaknya di belakang Sultan Abdul Samad Building. Sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui. Nice!

***

Drama 3

Setelah berkodak sekejap di KL City Gallery dan Sultan Abdul Samad Building, kita langsung ke Mesjid Jamek berhubung udah masuk waktu sholat zuhur juga. Arsitektur Mesjid Jamek ala-ala timur tengah gitu, ditambah ada payung-payung yang kayak di Masjid Nabawi. Tapi.... pas kita mau wudhu di toiletnya... hemmm I'm afraid to say it was not good enough for a main mosque in one of the best city to visit in Malaysia. Pertama, toiletnya sangat sempit untuk kategori mesjid wisata yang bakal banyak pengunjung. Kedua, it wasn't visitor-friendly yang saya tu jadi ngerasa ribet sendiri pas mau wudhu. Gak tau ya apa karena saya secara gak langsung ngebandingin dengan toilet di Mesjid Sultan Singapore yang provide banyak hal mulai dari rak sepatu, bench, karpet sintetis, kipas besar pengering lantai, dan tempat letak tas. Untuk tempat sholatnya ada dua pilihan, indoor dan outdoor. Outdoor-nya yang model gazebo gitu. Sejuk buat leyeh-leyeh. Nah yang indoor ini yg mengecewakan, space untuk cewek itu kecil banget masa'. Terus saya jadi kesal sendiri dengan segala keribetan yang terjadi di mesjid didukung juga dengan badmood yang udah numpuk dari pagi.  Pokoknya drama saya waktu itu terlalu memalukan untuk diceritakan secara detail.

Mau bikin caption "Kuala Lumpur City Gallery", tapi udah ada tulisannya hehe

Sultan Abdul Samad Building

Saksi bisu drama siang itu, Masjid Jamek

***

Selesai sholat, kita memutuskan untuk beli oleh-oleh di Pasar Seni atau dikenal juga dengan nama Central Market. Dari Mesjid Jamek ke Pasar Seni bisa ditempuh dengan jalan kaki karena gak terlalu jauh. Pas jalan kesana, gak sengaja nemu Burger King. Karena kita berdua belum pernah makan ayam tepung merk ini, yaudah deh kita sepakat makan siang disana. Kita beli paketan yang isinya ayam, burger, kentang, nugget, dan minuman dengan harga RM35 aja untuk 2 paket. Udah banyak, terjangkau pula. Tapi pada akhirnya makanan kita gak abis hehe. Bungkhusss!

Perjalanan menuju Pasar Seni berlanjut. Gak berapa lama, kita sampai dan tenggelam dalam lorong-lorong pasar yang ternyata pilihan oleh-olehnya sama aja kayak di Indonesia wkwkwk. Pada akhirnya saya cuma beli coklat yang sebenarnya banyak dijual di Pasar Bawah Pekanbaru.

Karena teman saya lumayan banyak beli oleh-oleh dan kita juga bawa tentengan sisa Burger King tadi, akhirnya kita milih pulang dulu ke penginapan, tentunya tetap dengan GOKL. Sampai penginapan udah menjelang malam dan hujan turun. Kita lurusin kaki bentar karena malamnya mau berkunjung ke icon-nya Malaysia. Selesai maghrib-an dan hujan agak redaan, kita berangkat masih dengan GOKL. Dari penginapan menuju halte bus Bukit Bintang lumayan jauh kalo jalan kaki, tapi ya kita gak ada pilihan lain wkwk.

Sampai di kawasan Petronas Twin Tower, kita singgah ke Suria KLCC dulu buat makan satu makanan yang gak ada di Indonesia yang udah diincar dari sebelum berangkat. Yes, Subway! Nah, pas di lokasi, saya baru tau kalo ternyata sistem beli di Subway beda sama fast food lainnya. Di Subway kita disuruh milih topping dan saos sendiri dari baaaaanyaknya pilihan yang ada. Saya yang baru ini nyoba, otomatis bingung dan gak sempat mikir lama-lama buat menentukan pilihan karena antrian mulai panjang. 

"Toppingnya apa?" tanya si kakak penjual.
Saya jawab, "Selain tomat dan timun, Kak."
Dipenuhin deh tu roti saya dengan sayur-sayur yang bahkan ada beberapa yang saya gak tau namanya.
"Saosnya?" doi tanya lagi.
"Hemmm, campur aja semuanya, Kak." balas saya dengan bodohnya.
Si kakak pun ketawa dengar jawaban saya.

Rasa penasaran nyobain roti Subway yang ngehist di drama-drama korea ini udah gak bisa dibendung lagi. Setelah gigitan pertama, saya pun terdiam. Bingung mau komen apa karena gak seperti yang saya harapkan. Saya kecewa hahaha. FYI, harga dua porsi roti lapis Subway kita cuma lebih murah RM1.5 dibanding dengan paketan Burger King tadi siang. Luar biasa :)

Setelah makan, ngelilingan Suria, akhirnya kita sampai di acara puncak yaitu seremoni udah sampai ke KL dengan foto-foto di depan Twin Tower. Fotonya gak lama, tapi ngantri spot yang oke-nya ngabisin waktu.

Belum ke Malaysia kalo belum foto disini?

***

Drama 4

Gak terasa udah jam 11-an. Kita belum tau mau balik penginapan pakai apa. Kita cek lah jadwal operasional GOKL di Google dan ternyata bus terakhir itu jam 11. Selamat! Satu-satunya pilihan terakhir terbaik adalah Grab. Kita coba deh buat order. Ditunggu-tunggu, driver-nya gak datang-datang. Pantauan dari maps, doi malah muter-muter ntah kemana. Shocking moment-nya adalah order-an kita di-cancel coba sama driver-nya. Kita yang nunggu, kita yang ditolak :( Saya coba order lagi, gak jelas lagi, dan di-cancel lagi sama driver-nya. Udah, saya nyerah. Hari ini penuh drama, dan rasanya ini adalah puncaknya. Saya kasih handphone saya ke teman saya, saya serahkan semuanya sama dia. Dia coba order, terus driver-nya telfon. Dia bingung pas teman saya jelasin kita ada dimana. Mungkin karena kawasan Twin Tower-nya besar. Akhirnya setelah komunikasi gak jelas, order-an kami di-cancel lagi. TIGA KALI! Teman saya order sekali lagi. Akhirnya kita dapat driver yang gak nyerah sama kita dan betul-betul jemput kita. Waktu itu udah jam 12-an. Alhamdulillah kita berhasil sampai penginapan.

***

Hari terakhir dari rangkaian travelling kita tiba. Karena jadwal penerbangan kita ke Pekanbaru yang jam 3 sore dan jarak bandara dari kota yang lumayan makan waktu, kita gak berani buat terlalu banyak mutar-mutar hari itu. Kita mutusin buat lihat Petronas Tower versi ada matahari aja setelah itu langsung balik ke penginapan buat check-out. Pemandangan Petronas pagi kita nikmatin dari KLCC Park. Jepret, jepret, selesai.

Twin Tower versi pagi. Btw, itu pakai baju bolong wkwk

Sekitar jam 10, kita balik ke penginapan dan bersiap buat check-out. Untuk menuju bandara, ada banyak pilihan transportasi. Pilihan terbaik dan paling ramah di kantong untuk backpacker kayak kita adalah dengan bus. Bus-bus ke bandara berangkatnya dari stasiun KL Sentral. Biaya bus kita waktu itu adalah RM12 per orang. Kurang lebih 1,5 jam, kita sampai di KLIA2 - bandara khusus low cost carrier, apa lagi kalau bukan AirAsia wkwk. Jam 3 kita take off meninggalkan tanah yang katanya saudara ini. Hari yang singkat di Malaysia, yet so full of drama. Kayaknya bakal mikir berulang kali untuk kesini lagi wkwk.

BACK TO REALITYYYYY...

Cerita sebelumnya : Sampai Jumpa Lagi, Merlion!